Guru

Cerpen: Bersiap Kecewa, Bersedih Tanpa Kata-Kata

50
×

Cerpen: Bersiap Kecewa, Bersedih Tanpa Kata-Kata

Sebarkan artikel ini
Cerpen: Bersiap Kecewa, Bersedih Tanpa Kata-Kata

Sore itu, mentari tertutup awan gelap. Seolah alam sejalan dengan apa yang dirasakan oleh Raka, jiwa yang berdegup berirama bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata. Banyak peristiwa yang telah ia lalui, namun tak pernah semenyakitkan ini.

Raka, seorang pemuda berusia 26 tahun dengan banyak mimpi. Ia bekerja keras demi meraih mimpi-mimpinya. Ia yakin bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan yang tak akan mudah, begitu pula dengan mencintai seseorang.

Bulan-bulan terakhir, Raka tengah menyembunyikan perasaannya pada Tara, sahabat kecilnya yang selalu ada di sisinya. Begitu dalam ia mencintai gadis itu, namun tak berani membuka mulut. Ia tak ingin memperumit hubungan persahabatan yang sudah terjalin erat antara keduanya.

Diam Raka tersentuh oleh suara Tara di telepon malam itu.

“Tara ingin menemui Raka,” begitu katanya. Tanpa kata-kata dan tanpa pamit, Raka langsung bergegas untuk menemui Tara.

Pertemuan itu terasa angkuh. Raka merasa ada yang berbeda dari kedua bola mata Tara. Bersedih, seolah-olah ada sesuatu yang terasa begitu berat untuk diucapkan.

“Raka, aku sebenarnya pengin ngomong sama kamu tentang sesuatu,” ujar Tara dengan kerlingan air mata di matanya.

Ia terdiam, sembari menunggu kata-kata yang akan dilontarkan oleh Tara. Ia bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata.

“Ada yang ingin kutemui, Raka. Nama dia Arif. Aku sebenarnya sudah lama menyukai dia dan sepertinya dia juga menyukaiku. Aku ingin kamu tahu, Raka, bahwa aku akan menjalani hubungan kita dengan baik,” ungkap Tara dengan penuh haru.

Tanpa menunggu respon Raka, Tara berlalu untuk menjalani masa depan yang sudah ia pilih. Menatap langit sore yang mulai berubah menjadi gelap, pergolakan hati Raka terasa berserakan. Ia memang sudah bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata.

Malam itu, seorang musafir cinta menangis sedih. Mengiringi langit gelap yang menitikkan air mata hujan. Ia merelakan Tara bukan untuknya. Mungkin inilah yang terbaik untuk keduanya.

Lalui hari-harimu dengan penuh cinta, Tara. Dengarlah cerita suka dan duka yang tersimpan rapat dari hati Raka, bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *