Banjir bukanlah bencana yang asing bagi penduduk Kota A, terutama selama musim hujan. Meskipun curah hujan yang diterima relatif kecil, kota ini sering kali dilanda banjir yang parah. Ini mungkin tampak paradoks, tapi sebenarnya ada penjelasan ilmiah yang dapat memperjelas fenomena ini, yaitu melalui penyorotan pada komponen-komponen geosfer. Faktor-faktor geosfer, seperti perubahan fungsi lahan dan topografi, bisa sangat mempengaruhi seperti apa dampak curah hujan pada suatu wilayah, dalam hal ini Kota A.
Geosfer dan Banjir
Geosfer merupakan sistem yang mencakup bagian padat dari Bumi, termasuk kerak bumi, mantel, lempeng tektonik, gunung-gunung, dan sungai. Dalam kasus Kota A, sungai yang melintasi kota ini berhulu di kaki gunung yang telah mengalami alih fungsi lahan hutan. Jadi, perubahan ini pada geosfer memiliki dampak langsung pada frekuensi dan intensitas banjir yang terjadi di kota tersebut.
Alih Fungsi Lahan Hutan dan Dampaknya
Alih fungsi lahan hutan di kaki gunung memiliki konsekuensi langsung terhadap siklus air di wilayah tersebut. Hutan berfungsi sebagai penyerap air hujan, yang membantu mencegah banjir dengan menyimpan air hujan dan melepaskannya secara lambat ke sungai dan sistem air tanah. Ketika lahan hutan diganti dengan bentuk penggunaan lahan lain, kemampuan ini hilang, sehingga air hujan lebih cepat mengalir ke sungai.
Untuk sungai yang berhulu di daerah seperti ini, alih fungsi lahan hutan dapat berarti lebih banyak air mengalir ke sungai dalam waktu yang lebih cepat. Akibatnya, sungai tersebut menjadi lebih cepat penuh dan meluap, menyebabkan banjir sebagai hasilnya.
Hal ini menjadi lebih problematik ketika hal ini digabungkan dengan topografi Kota A, yang berada di daerah yang lebih rendah dibandingkan dengan hulu sungai tersebut. Aliran air yang lebih cepat dan lebih besar dari hulu sungai meningkatkan risiko banjir di kota ini, bahkan ketika curah hujan yang diterima relatif kecil.
Jadi, jawabannya apa? Komponen geosfer yang paling berpengaruh dalam fenomena ini adalah alih fungsi lahan hutan menjadi lahan non-hutan di bagian hulu sungai serta topografi Kota A itu sendiri. Ini menggambarkan bahwa setiap perubahan pada komponen geosfer bisa memiliki dampak lingkungan yang besar dan sering kali merugikan, seperti dalam hal ini fenomena banjir di Kota A.