Pengetahuan

Kebencian Pangeran Diponegoro Terhadap Pemerintah Kolonial Belanda: Tindakan Tidak Hormat Terhadap Tradisi Keraton dan Budaya Timur

52
×

Kebencian Pangeran Diponegoro Terhadap Pemerintah Kolonial Belanda: Tindakan Tidak Hormat Terhadap Tradisi Keraton dan Budaya Timur

Sebarkan artikel ini
Kebencian Pangeran Diponegoro Terhadap Pemerintah Kolonial Belanda: Tindakan Tidak Hormat Terhadap Tradisi Keraton dan Budaya Timur

Pangeran Diponegoro merupakan sosok penting dalam sejarah Indonesia yang mendapatkan tempat khusus dalam hati masyarakat Indonesia. Pangeran yang satu ini memang terkenal dengan keberaniannya melawan pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menjajah Indonesia.

Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung dari Sultan Hamengkubuwono III dari Yogyakarta. Pada masa hidupnya, Pangeran Diponegoro memiliki perasaan permusuhan yang mendalam terhadap pemerintah kolonial Belanda. Ada berbagai faktor yang penyebab kebencian Pangeran Diponegoro ini, dan faktor utamanya adalah karena penjajah Belanda tidak menghormati tradisi yang berkembang di keraton dan melakukan intervensi terhadap budaya timur.

Pemerintah kolonial Belanda diketahui sering kali melanggar norma dan aturan yang ada dalam budaya keraton, seperti ikut campur dalam urusan keraton. Hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya timur yang menganggap bahwa hal-hal terkait kerajaan adalah masalah internal yang tidak boleh diganggu gugat oleh pihak luar. Sangat tidak sopan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya timur ketika pihak asing ikut campur dalam urusan keraton.

Selain itu, pemerintah kolonial Belanda juga dikenal sering memasukkan elemen budaya barat yang tidak selaras dengan budaya timur, seperti minum-minuman keras. Budaya ini sangat bertentangan dengan budaya keraton yang memandang bahwa konsumsi minuman keras adalah kegiatan yang tidak sopan dan melanggar norma.

Puncak dari sikap tidak hormat residen Belanda terjadi ketika seorang residen Belanda duduk sejajar dengan Sultan. Dalam budaya keraton, Sultan dipandang sebagai sosok yang harus dihormati dan penempatan tempat duduk dalam suatu acara memiliki arti penting. Saat residen Belanda duduk sejajar dengan Sultan, hal ini menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap Sultan.

Kebencian Pangeran Diponegoro dan pengikutnya akhirnya mencapai puncak dan berujung pada perlawanan atau perang melawan pemerintah kolonial Belanda. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Diponegoro, perang antara Pangeran Diponegoro dan pemerintah kolonial Belanda yang berlangsung selama lima tahun, dari 1825 hingga 1830.

Penyimpangan dari norma dan nilai-nilai budaya keraton oleh pemerintah kolonial Belanda inilah yang menjadi penyebab utama dari perlawanan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya. Mereka berjuang bukan saja untuk merdeka dari penjajahan Belanda, tapi juga demi menjaga tradisi dan budaya keraton serta nilai-nilai budaya timur dari pengaruh budaya barat.

Jadi, jawabannya apa? Kebencian Pangeran Diponegoro terhadap pemerintah kolonial Belanda berasal dari kurangnya penghormatan dan intervensi pemerintah Belanda dalam tradisi Keraton dan budaya Timur, yang mencapai puncaknya dalam bentuk perlawanan dan perang yang sekarang dikenal sebagai Perang Diponegoro.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *