Sekolah

Tes Calistung, Syarat Wajib Bagi Calon Siswa SD/MI: Penyimpangan dari PP Nomor 17 Tahun 2010 dan Pertimbangan Psikologisnya

58
×

Tes Calistung, Syarat Wajib Bagi Calon Siswa SD/MI: Penyimpangan dari PP Nomor 17 Tahun 2010 dan Pertimbangan Psikologisnya

Sebarkan artikel ini
Tes Calistung, Syarat Wajib Bagi Calon Siswa SD/MI: Penyimpangan dari PP Nomor 17 Tahun 2010 dan Pertimbangan Psikologisnya

Tes Calistung atau membaca, menulis dan berhitung sering kali menjadi syarat utama bagi calon siswa SD/MI di beberapa sekolah di Indonesia. Namun, merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, secara regulasi sebenarnya tidak ada standar yang memuat ketentuan tes tersebut sebagai prasyarat pendaftaran.

Meski demikian, dalam praktiknya di lapangan, masih banyak sekolah yang melakukan ujian atau tes Calistung bagi siswa yang mendaftar. Mereka menganggap tes ini mampu menilai kesiapan siswa dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Namun, perlu diketahui bahwa pada usia SD/MI, anak-anak berada dalam tahapan perkembangan psikologis operasional konkrit, di mana proses pembelajaran dimulai secara konkrit berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa menuju pengetahuan yang bersifat abstrak.

Jenis Tes dalam Kasus Ini

Mengacu pada fungsinya dalam kasus ini, tes Calistung termasuk dalam kategori tes seleksi atau screening test. Tes ini bertujuan untuk memilah atau memilih calon siswa, berdasarkan kriteria kemampuan membaca, berhitung, dan menulis. Namun, hal ini tidak selalu merepresentasikan kesiapan siswa secara keseluruhan dalam menghadapi pendidikan formal.

Pendapat Tentang Tes Akademik dalam Tahapan Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan fungsi tes calon siswa SD/MI, sebaiknya pemilihan metode tes akademik haruslah diarahkan pada penilaiian yang lebih komprehensif dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Ini artinya, penilaian harus melihat dari segi kognitif, sosial, emosional, dan fisik anak. Mencegah penggunaan tes yang berpotensi membatasi potensi dan minat siswa dalam belajar.

Alih-alih hanya fokus pada kemampuan calistung, mungkin lebih baik jika sekolah menggunakan pendekatan penilaian seluruh aspek perkembangan anak. Perlu dihargai dan dimengerti bahwa setiap anak memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini demi mewujudkan sistem pendidikan yang inklusif dan memahami keunikkan masing-masing individu.

Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah tes sebaiknya tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga mencakup berbagai faktor dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, tes Calistung sebaiknya tidak digunakan sebagai satu-satunya standar penerimaan calon siswa SD/MI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *