Sejarah Republik Indonesia mencatat setiap peristiwa yang terjadi, termasuk peristiwa pembentukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pembentukan DI/TII berawal dari rasa ketidakpuasan seseorang terhadap hasil keputusan perundingan. Tokoh dan pemimpin utama dalam pembentukan grupp ini adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Konteks Sejarah
Hasil perundingan yang dimaksud adalah hasil perundingan Round Table Conference (KMB) yang diprakarsai oleh Belanda yang bertujuan untuk membahas kembali tata cara pengakuan kedaulatan RI atas seluruh wilayah bekas Hindia Belanda. Akan tetapi, hasil dari perundingan ini adalah pemberian wilayah Papua kepada Belanda dan hal ini menimbulkan rasa ketidakpuasan di kalangan masyarakat, termasuk Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lalu merespon rasa ketidakpuasannya tersebut dengan mendirikan DI/TII pada tahun 1949. Tujuan utama dari pendirian tersebut adalah menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dengan syariat Islam sebagai dasar hukum yang berlaku.
DI/TII dalam Aksi
DI/TII dengan cepat berkembang di beberapa wilayah sesuai dengan kebijakan Kartosoewirjo. Mereka melakukan aksi-aksi seperti pemberontakan dan penyerangan terhadap pemerintah, dengan harapan dapat merubah Indonesia menjadi negara berdasarkan syariat Islam.
Pendirian DI/TII menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah Republik Indonesia. Gerakan ini bukan hanya sekadar tindakan balas dendam atas ketidakpuasan terhadap hasil keputusan perundingan, melainkan juga refleksi dari perjuangan mengatur sistem pemerintahan dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Implikasi dan Dampak
Tindakan pembentukan DI/TII oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo ini membawa sebuah dampak yang cukup signifikan bagi kehidupan politik dan sosial di Indonesia. Meski pada akhirnya DI/TII dapat dipadamkan, jejak-jejak gerakan ini masih terasa hingga sekarang. Gerakan ini menjadi salah satu faktor yang menginspirasi munculnya kelompok-kelompok radikal lainnya yang ingin menerapkan syariat Islam di seluruh Indonesia.
Sebagai lembaran sejarah, peristiwa pembentukan DI/TII mengingatkan kita bahwa proses demokrasi tidak selamanya berjalan mulus. Akan selalu ada pihak yang merasa tidak puas dan berusaha mencampaignkan ide-ide mereka sendiri. Yang penting adalah bagaimana kita sebagai bangsa bisa belajar dari peristiwa tersebut untuk menciptakan sebuah sistem politik yang adil dan menerima semua aspek masyarakat kita.