Berita

Mobilitas Sosial Dapat Menimbulkan Konflik Status dalam Diri Individu Akibat Adanya Faktor

52
×

Mobilitas Sosial Dapat Menimbulkan Konflik Status dalam Diri Individu Akibat Adanya Faktor

Sebarkan artikel ini
Mobilitas Sosial Dapat Menimbulkan Konflik Status dalam Diri Individu Akibat Adanya Faktor

Mobilitas sosial merupakan pergerakan atau perubahan yang dialami oleh individu atau kelompok dalam struktur masyarakat. Perubahan ini dapat berupa peningkatan atau penurunan status sosial ekonomi, pendidikan, atau pekerjaan. Namun, tahukah Anda bahwa proses ini dapat memicu konflik status dalam diri individu? Faktanya, adanya beberapa faktor dalam proses mobilitas sosial berpotensi membuat individu merasa terpecah atau bingung tentang identitas mereka sendiri, yang mampu menimbulkan konflik internal.

Ada beberapa faktor yang bisa membuat mobilitas sosial memicu konflik status dalam diri individu. Pertama adalah perubahan ekonomi cepat. Ketika seseorang tiba-tiba mengalami peningkatan status ekonomi, misalnya, mereka mungkin merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan lifestyle baru mereka. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau merasa tidak termasuk dalam kelompok sosial mereka yang baru. Hal ini bisa menyebabkan konflik batin tentang siapa mereka sebenarnya, apakah mereka masih bagian dari kelas sosial lama mereka atau sudah masuk dalam kelas baru?

Konflik status juga bisa disebabkan oleh perbedaan antara ‘status ascribed’ dan ‘status achieved’. ‘Status ascribed’ adalah status yang didapat seseorang dari kelahirannya, seperti jenis kelamin, ras, atau kelas sosial. Sementara itu, ‘status achieved’ adalah status yang didapat seseorang dari pencapaian-pencapaian hidupnya, seperti pendidikan atau pekerjaan. Ketika seseorang memiliki ‘status achieved’ yang lebih tinggi daripada ‘status ascribed’-nya, ia bisa merasa mengalami konflik. Contohnya, seseorang yang berasal dari keluarga miskin dan kemudian menjadi pejabat tinggi, mungkin merasa terpecah antara identitasnya sebagai bagian dari kelas pekerja dan sebagai pejabat.

Adapun, tekanan sosial juga bisa menjadi faktor yang memicu konflik status. Masyarakat sering memiliki ekspektasi dan peraturan tertentu tentang apa yang seharusnya dilakukan atau menjadi oleh anggota masyarakat dengan status tertentu. Ketika individu tidak memenuhi ekspektasi tersebut, mereka bisa merasa tertekan dan konflik tentang identitas mereka sendiri.

Terakhir, tidak adanya persiapan mental dan psikologis pasca mobilitas juga menjadi faktor lainnya. Tanpa persiapan yang matang, individu akan kesulitan merubah pola pikir dan sikap mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan status dan lingkungan.

Konflik status dalam diri individu ini perlu ditangani dengan baik untuk mencegah dampak negatif yang mungkin terjadi, seperti stres atau depresi. Diperlukan dukungan sosial dan psikologis untuk membantu individu mengatasi konflik ini.

Jadi, jawabannya apa? Memberikan pemahaman tentang dinamika mobilitas sosial dan bagaimana cara mengatasinya adalah penting untuk memberdayakan individu dan memfasilitasi proses mobilitas sosial mereka. Meningkatkan kesadaran akan identitas diri dan membangun keseimbangan antara ‘status ascribed’ dan ‘status achieved’ juga dapat membantu mengurangi konflik status. Seiring dengan waktu, individu akan leran menyesuaikan diri dengan perubahan dan mempertahankan kesejahteraan psikologis mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *