Dalam konteks spiritual dan etika kerja, agama memiliki peran yang penting terutama dalam mendukung seseorang untuk bekerja keras dan mencapai kesejahteraan hidup yang layak. Dalam agama Islam, pandangan tentang bekerja keras bukan hanya terbatas pada pencapaian materi dan pemuasan kebutuhan duniawi, tetapi juga mencapai tujuan yang lebih mulia.
Seorang Muslim diajarkan untuk melihat pekerjaan dan hasil kerja bukan hanya sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan harian, tetapi lebih dari itu: sebuah bentuk ibadah dan dedikasi kepada Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah pernah mengatakan bahwa seseorang yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya adalah seperti seorang yang berjuang di jalan Allah.
Islam sangat menghargai prinsip kerja keras. Dalam Al-Qur’an surat Al-Muddastir [74]: 37-43, diterangkan bahwa makanan dan pakaian yang kita nikmati adalah hasil dari kerja keras. Sehingga makanan yang dihasilkan dari kerja keras sendiri adalah lebih bernilai dibandingkan dengan makanan yang diperoleh tanpa ada usaha.
Selain itu, konsep jihad yang diajarkan dalam Islam bukan hanya berarti perang dalam konteks yang sempit, tetapi juga memperluas maknanya menjadi berbagai bentuk perjuangan dalam kehidupan, termasuk bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang halal. Sebagaimana yang diungkapkan dalam sebuah hadits, “Tidak akan makan seseorang makanan yang lebih baik selain dari hasil karya tangannya sendiri. Nabi Daud makan dari hasil kerja tangannya.” (HR. Bukhori)
Bagi seorang Muslim, etos kerja bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup duniawi, tetapi ada tujuan yang lebih mulia, yakni meraih ridho Allah dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Menurut Ibn Majah dalam haditsnya, “Barang siapa yang mengejar dunia dengan (cara) halal, merasa cukup dengan apa yang Allah berikan padanya, dan membangun hubungan baik dengan keluarganya, maka ia akan bertemu Allah dalam keadaan wajahnya bercahaya.”
Untuk itu, bekerja keras dan berusaha mencari rezeki yang halal adalah bagian integral dari hidup seorang Muslim, sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan yang bukan hanya terbatas pada dimensi material, tetapi juga sebagai wujud pengabdian kepada Allah. Dengan demikian, Islam tidak hanya mendorong kerja keras, tetapi juga menekankan pentingnya etika dan moral dalam bekerja, yaitu dengan berkerja secara halal, jujur, dan membagi hasil kerja dengan orang lain.