Market

Cerita Rakyat yang Disebarkan dari Mulut ke Mulut Biasanya Tidak Dikenal Pengarangnya Yang Disebut

23
×

Cerita Rakyat yang Disebarkan dari Mulut ke Mulut Biasanya Tidak Dikenal Pengarangnya Yang Disebut

Sebarkan artikel ini
Cerita Rakyat yang Disebarkan dari Mulut ke Mulut Biasanya Tidak Dikenal Pengarangnya Yang Disebut

Cerita rakyat merupakan bagian integral dari tradisi dan budaya suatu bangsa. Mereka adalah cerminan dari sejarah, nilai-nilai, adat istiadat, dan kepercayaan suatu komunitas. Rahasia terbesar dari cerita rakyat adalah sifat anonimitasnya–piring yang memegang warisan budaya yang tak terhitung jumlahnya ini biasanya tidak diketahui siapa pengarang utamanya.

Sebutan ‘cerita rakyat’ merujuk kepada karya sastra lisan yang disebarkan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Ini menjelaskan mengapa karya-karya ini biasanya tidak memiliki penulis yang dikenal. Mereka adalah hasil dari proses kolektif dan kolaboratif, keepadaan yang memungkinkan cerita berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu.

Karakteristik Cerita Rakyat

Untuk memahami mengapa cerita ini biasanya tidak memiliki penulis dikenal, anda perlu memahami karakteristik utama mereka:

  • Oral Tradisi: Cerita rakyat biasanya diturunkan dari mulut ke mulut dan tidak dicatat atau diterbitkan dalam bentuk tertulis hingga beberapa waktu setelahnya. Ini memberi ruang untuk variasi dan perubahan, mengadaptasi cerita ke konteks dan target pendengar.
  • Kolektif: Mereka adalah karya kolektif dari suatu komunitas, bukan individu. Oleh karena itu, penulis aslinya tidak disebutkan karena cerita tersebut tidak berasal dari penulis individual, melainkan dari suatu komunitas.
  • Adaptasi: Cerita rakyat adalah dinamis dan berubah seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, menunjuk penulis individu akan meremehkan berbagai adaptasi dan perubahan yang dibuat oleh generasi berikutnya.

Fenomena ini juga umum di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, dimana contoh-contoh populer mencakup “Roro Jonggrang,” “Malin Kundang,” dan “Sangkuriang.” Semua cerita ini diceritakan kembali dari generasi ke generasi, dan tidak memiliki penulis atau penyair yang dikenal.

Dengan kata lain, anonimitas penulis cerita rakyat tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki nilai atau arti. Sebaliknya, mereka adalah bagian yang sangat penting dari warisan budaya, memainkan peran penting dalam menjaga nilai dan tradisi suatu bangsa hidup dari generasi ke generasi.

Tetapi kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah anonimitas ini merendahkan nilai dari cerita rakyat atau apakah ini sebenarnya meningkatkan nilainya? Jika karya tersebut diperbarui dan dimodifikasi oleh banyak penulis anonim, apakah lebih baik dianggap sebagai karya komunal daripada individual?

Jadi, jawabannya apa? Anda memutuskannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *