Etatisme, sebagai istilah, berasal dari bahasa Perancis ‘etat’ yang berarti ‘negara’. Paham etatisme ditandai oleh peranan yang dominan dan langsung dari negara dalam aktivitas ekonomi. Meski ini bisa berlaku dengan berbagai cara, pada level umum, etatisme biasanya membutuhkan negara untuk mengontrol atau membimbing sektor ekonomi dalam skala yang luas, entah itu melalui kepemilikan penuh atau regulasi intensif. Di bawah ini adalah beberapa ciri utama dari paham etatisme:
Kontrol Negara yang Mengatur
Mungkin ciri yang paling mencolok dari etatisme adalah kontrol yang sangat mengatur yang dilakukan oleh negara atas ekonomi. Ini bisa melibatkan segala hal dari penetapan harga dan pengaturan produksi hingga campur tangan langsung dalam proses pasar.
Kepemilikan Negara
Ciri lain dari etatisme adalah kepemilikan negara terhadap industri dan sektor bisnis penting. Ini bisa mencakup segala hal dari infrastruktur dan utilitas hingga industri pertahanan dan energi.
Prioritas Kebijakan Sosial
Pada beberapa sistem etatistis, kebijakan sosial dan ekonomi sering kali saling bergantungan. Dalam hal ini, tujuan sosial – seperti pemerataan pendapatan, atau peningkatan pelayanan publik – dapat menjadi prioritas utama.
Intervensi Pasar
Ciri lain dari etatisme adalah intervensi pasar yang luas. Ini dapat melibatkan segala hal dari pajak tinggi dan subsidi untuk mengubah mekanisme pasar, hingga regulasi yang ketat untuk mengendalikan aktivitas ekonomi.
Pembatasan pada Ekonomi Swasta
Di sistem ekonomi etatistik, seringkali ada pembatasan yang berat pada ekonomi swasta. Ini dapat mencakup segala hal dari hambatan untuk usaha baru hingga pembatasan langsung atas perusahaan swasta.
Namun, ada tantangan-tantangan dengan etatisme. Meski negara memiliki kendali lebih atas ekonomi, hal ini dapat menghambat inovasi dan efisiensi ekonomi. Ini juga bisa menimbulkan ketergantungan yang berlebihan pada pemerintah dan seringkali dapat mengarah ke korupsi.
Dalam konteks negara yang menganut demokrasi ekonomi, etatisme bisa menjadi tantangan karena dapat membatasi kebebasan dan inisiatif individual serta menghalangi proses pasar yang bebas dan fair. Dalam demokrasi ekonomi, tujuannya adalah menciptakan keseimbangan antara efisiensi pasar dan tujuan sosial, sementara etatisme cenderung memusatkan kekuasaan dan kontrol pada negara.
Jadi, jawabannya apa? Etatisme, dengan segala kontrol, regulasi, dan intervensinya, mungkin tidak cocok dengan negara penganut demokrasi ekonomi, tetapi hal ini tidak berarti bahwa peran negara dalam ekonomi harus diabaikan sama sekali. Seperti dalam semua aspek kehidupan politik dan sosial, keseimbangan penting dalam melaksanakan dan mempertahankan demokrasi ekonomi.