Market

Sambil ‘Aking’ Nangis Sesenggukan, Yosep Memohon ke Presiden Usut Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak Subang, Eh Malah…

32
×

Sambil ‘Aking’ Nangis Sesenggukan, Yosep Memohon ke Presiden Usut Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak Subang, Eh Malah…

Sebarkan artikel ini
Sambil ‘Aking’ Nangis Sesenggukan, Yosep Memohon ke Presiden Usut Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak Subang, Eh Malah…

Indonesia adalah negara dengan sistem hukum yang kuat dan adil. Namun, kadangkala, ada beberapa kasus yang masih mendapat penanganan yang lambat atau bahkan sementara terhenti dan menimbulkan keraguan dalam hati publik. Salah satunya adalah kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang yang cukup melambung tinggi hingga ke permukaan namun, seperti halnya kemungkinan-kemungkinan lainnya dalam sistem hukum, berakhir malah….

Kisah ini dimulai di sebuah desa terpencil di Subang, Jawa Barat. Seorang ibu dan anaknya ditemukan tewas secara tragis, kasus tersebut seketika memantik kemarahan dan keprihatinan yang mendalam di seluruh masyarakat. Sesosok seperti Yosep, seorang pria yang mengaku sebagai kerabat korban, berjuang dengan segala dayanya untuk mencari keadilan bagi keluarganya yang telah dibunuh secara tak berperikemanusiaan. Proses pencarian keadilan ini bukanlah Tanpa pengorbanan, penderitaan, dan air mata.

Hari itu, Yosep berdiri di depan Istana Presiden, sambil ‘akting’ nangis sesenggukan. Adegan yang dilakukannya bukanlah adegan sembarangan, melainkan suatu upaya meluapkan kekecewaan yang mendalam terhadap proses hukum yang dirasanya lamban. Yosep berharap, dengan cara ini, Presiden akan mendengar dan menindaklanjuti kasus pembunuhan yang menimpa keluarganya tersebut. Namun, yang terjadi malah…

Seolah tak menemukan tanggapan dari otoritas yang diharapkannya, harapan Yosep seolah bertepuk sebelah tangan. Dalam situasi penuh emosi itu, bukannya menemukan keadilan yang diidam-idamkan, ia malah harus berhadapan dengan berbagai tuduhan dan skeptisisme dari para pihak. “Yosep sengaja berakting untuk mendapatkan simpati publik,” demikian salah satu tuduhan yang dialamatkan padanya.

Namun, Yosep tidak surut. Meski dituding memperalat perasaan sendiri untuk mendapatkan simpati, meski dipandang dengan skeptis oleh banyak pihak, Yosep tetap berjuang. Baginya, yang penting adalah bagaimana menuntaskan kasus pembunuhan keluarganya, bagaimana melihat si pembunuh dihukum setimpal. Dalam pertarungan panjang ini, kata menyerah bukanlah bagian dari kamusnya.

Terkait keadaan ini, tentunya kita harus bertanya kepada diri sendiri, seandainya kita berada dalam posisi Yosep, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita cukup berani untuk mengejar keadilan bagi orang-orang yang kita cintai, meski itu berarti kita harus beraksi sendirian di tengah tekanan? Ataukah kita akan memilih untuk berdiam diri, membiarkan semua ini berlalu tanpa ada tindakan?

Jadi, jawabannya apa?