Keterangan: Seharusnya ada konteks yang diberikan untuk menjelaskan “kasus di atas”. Dalam artikel ini, kita akan membuat asumsi umum untuk menjawab pertanyaan menggunakan model umum tentang proses transaksi antara pelaku usaha dengan konsumen.
Dalam dunia bisnis dan perdagangan, terjadi banyak interaksi dan transaksi antara dua pihak utama, yakni pelaku usaha (penjual) dan konsumen (pembeli). Kesepakatan transaksi antara kedua pihak ini menjadi unsur penting dalam proses jual beli. Kesepakatan di sini merujuk kepada persetujuan bersama tentang ketentuan produk atau jasa yang akan dipertukarkan. Lalu, kapan sebenarnya kesepakatan ini terjadi?
Secara umum, kesepakatan antara pelaku usaha dan konsumen terjadi pada saat negosiasi harga dan ketentuan transaksi. Dalam tahapan ini, pelaku usaha dan konsumen menyepakati spesifikasi produk atau jasa, harga, cara pembayaran, waktu pembayaran, hingga poin-poin detail lainnya terkait transaksi. Setiap pihak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan keinginannya, dan kedua belah pihak harus setuju dengan semua ketentuan sebelum transaksi dapat dilanjutkan.
Namun, penting untuk diingat bahwa walaupun sepakat, kontrak jual beli bukanlah sebuah kontrak yang bersifat mutlak. Maksudnya, jika ada satu pihak yang merasa dirugikan atau merasa ada ketidakseimbangan dalam kontrak tersebut, mereka bisa menuntut untuk renegosiasi. Tuntutan ini dapat muncul di berbagai tahap, mulai dari saat konsumsi produk atau jasa hingga pasca-konsumsi, contohnya saat konsumen menemukan cacat produk atau jasa yang tidak sesuai dengan yang disepakati.
Dalam banyak kasus, berbagai dispute atau perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha bermula dari kurangnya pemahaman tentang kapan kesepakatan ini terjadi dan apa yang sebenarnya disepakati. Oleh karena itu, penting bagi kedua pihak untuk memahami proses ini dengan jelas.
Jadi, jawabannya apa? Kesepakatan antara pelaku usaha dan konsumen biasanya terjadi pada saat negosiasi harga dan ketentuan transaksi. Namun, selalu ada ruang untuk perubahan dan renegosiasi jika ada ketidakseimbangan atau penyalahgunaan dalam kontrak, terutama jika hal tersebut merugikan salah satu pihak.
