Ki Hadjar Dewantara, lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang pioner pendidikan bagi bangsa Indonesia. Ketika membicarakan tentang pendidikan, Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan sejati harus memandang anak sebagai fokus utama. Menurutnya, keberhasilan pendidikan tidak seharusnya dinilai berdasarkan standar elit intelektual, melainkan berdasarkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Dewantara mendefinisikan “pendidikan” sebagai “tuntunan” atau bimbingan. Konsep ini merupakan inti dari filosofi pendidikan yang dianutnya, yang dikenal dengan sistem ‘tutwuri handayani’. Dalam bahasa Jawa, “tut” berarti mengikuti, “wuri” berarti belakang, dan “handayani” berarti memberi semangat atau mendorong. Jadi, pendidikan bagi Ki Hadjar Dewantara bukan tentang pengisian informasi semata, melainkan bagaimana pendidik mampu membimbing dan memberi semangat kepada anak didik untuk meraih potensi dirinya.
Dalam pendidikan sebagai ‘tuntunan’, Dewantara berpendapat bahwa peran guru bukan untuk mengajari dan memberikan pengetahuan saja, tetapi juga membantu siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan informasi atau pengetahuan, tetapi juga memfasilitasi proses siswa dalam menerapkan pengetahuan tersebut dan membangun pemahaman mereka sendiri.
Dengan memahami ini, kita bisa melihat bagaimana Dewantara telah mencetuskan fondasi untuk pendidikan yang holistik dan berpusat pada siswa, yang diakui dan diterapkan dalam banyak sistem pendidikan modern saat ini. Dia melihat pentingnya pengetahuan, tetapi dia juga menekankan pada pengembangan karakter dan kecakapan hidup.
Dewantara berkeyakinan bahwa pendidikan adalah alat transformasi sosial dan personal. Ini adalah proses berkelanjutan yang mempengaruhi pola pikir individu dan membentuk perilaku mereka. Oleh karena itu, pendidikan, dalam penafsiran Dewantara, adalah proses bimbingan yang tidak hanya menjalankan fungsi transfer pengetahuan, tetapi juga berfungsi untuk membangun karakter dan membentuk identitas pribadi dan sosial.
Jadi, apa jawabannya? Menggunakan istilah Dewantara, pendidikan tidak hanya berarti menyalurkan pengetahuan, melainkan merupakan tuntunan, membimbing dan memfasilitasi siswa dalam proses mendapatkan, memahami, dan menerapkan pengetahuan, serta membantu dalam pembentukan karakter mereka. Ini adalah interpretasi yang holistik dan berpusat pada siswa, sebuah pendekatan yang menekankan pada kepercayaan pada potensi setiap individu.