Pernyataan tersebut mencerminkan suatu sudut pandang bahwa dalam proses pembelajaran, hubungan antara guru dan murid tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil akhir. Ini mengimplikasikan bahwa peran guru hanya sebatas menyajikan dan menetapkan tugas atau proyek, sedangkan murid hanya bertugas untuk menyelesaikannya, tanpa interaksi lebih lanjut.
Namun, apakah benar demikian? Dalam dunia pendidikan, khususnya pada tingkat Sekolah Dasar (SD), peran seorang guru jauh lebih dalam dan kompleks daripada sekedar ‘tukang distribusi tugas’. Pendekatan tersebut sering disebut sebagai ‘pendekatan top-down’, dimana hanya ada satu arah komunikasi yaitu dari guru ke murid.
Namun, berdasarkan penelitian dan praktik lapangan, pendekatan seperti ini dapat menimbulkan sejumlah permasalahan. Antara lain, murid yang merasa tidak terlibat dalam proses pembelajaran dan kehilangan motivasi, kreativitas murid yang tidak tergali karena hanya mengikuti instruksi, dan terbatasnya pemahaman murid karena tidak ada ruang untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat atau pertanyaan.
Sebagai alternatifnya, pendekatan pembelajaran yang lebih inklusif dan kolaboratif telah mendapatkan apresiasi dan pengakuan yang lebih luas. Dalam pendekatan ini, guru secara aktif membangun ikatan dengan murid. Proses belajar bukan saja tidak hanya tentang penyelesaian tugas atau proyek, namun juga melibatkan diskusi, tanya jawab, membina rasa penasaran dan semangat belajar, serta mendorong partisipasi aktif dari murid.
Guru bisa mengajak murid untuk berpartisipasi dalam menentukan topik proyek, mendiskusikan langkah-langkah penyelesaian, hingga mengevaluasi hasilnya. Proses ini tidak hanya membuat murid merasa lebih terlibat dan berharga, tapi juga merangsang keterampilan penting seperti kreativitas, pemecahan masalah, kerja sama, dan komunikasi.
Berdirinya ikatan antara guru dan murid juga sangat penting di tingkat SD dimana murid sedang dalam tahap perkembangan awal. Sikap positif guru dan hubungan dekat dengan murid bisa membangun rasa aman, harga diri yang positif, dan semangat belajar yang kuat pada murid.
Jadi, pernyataan bahwa guru tidak perlu membangun ikatan dengan murid dalam proses pembelajaran adalah suatu kesalahpahaman. Membangun ikatan kuat dengan murid dan melibatkan mereka secara aktif dalam pembelajaran bukan saja akan meningkatkan kualitas pengajaran, tapi juga pertumbuhan dan perkembangan pribadi murid.
Jadi, jawabannya apa? Pernyataan diatas adalah suatu pandangan yang simplistis dan tidak mencerminkan kompleksitas dan kekayaan proses pembelajaran yang sebenarnya. Proses yang melibatkan pembelajaran, emosi, dan pembentukan keterampilan sosial yang sangat penting dalam pendidikan anak-anak di Sekolah Dasar.