Zakat merupakan bagian integral dari sistem ekonomi Islam yang bertujuan tidak hanya untuk membersihkan harta, tetapi juga untuk mendistribusikan kekayaan secara merata dan mempromosikan solidaritas masyarakat. Zakat diwajibkan oleh agama Islam kepada umatnya yang mampu untuk memberikan sebagian harta mereka kepada mereka yang kurang mampu.
Namun, tidak semua harta dipersyaratkan untuk menunaikan zakat. Ada batas tertentu di mana harta seorang Muslim harus mencapai sebelum ia diharuskan untuk membayar zakat. Batas minimal jumlah harta yang dimiliki oleh seseorang sehingga harta itu wajib dikeluarkan zakatnya disebut nisab.
Nisab adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi harta agar zakatnya wajib dikeluarkan. Ini adalah batas minimal yang harus dimiliki oleh seseorang untuk wajib zakat. Dalam konsep zakat, nisab berfungsi sebagai pengukur kemampuan seseorang untuk menunaikan zakat.
Jumlah nisab yang harus dimiliki oleh seseorang bervariasi, tergantung pada jenis harta yang dimiliki. Misalnya, untuk zakat emas, nisabnya adalah 85 gram emas. Sementara untuk perak, nisabnya adalah 595 gram perak. Seseorang yang memiliki harta sebesar atau lebih dari nisab, dan telah mencapai haul (yaitu, harta tersebut telah dimiliki selama satu tahun hijriyah), wajib untuk membayar zakat.
Jika harta seseorang tidak mencapai nisab, maka harta itu tidak diwajibkan zakat. Oleh karena itu, konsep nisab dalam hukum zakat bertujuan untuk memastikan bahwa beban zakat hanya ditanggung oleh mereka yang mampu, dan memberikan perlindungan bagi mereka yang kurang mampu.
Dengan demikian, batas minimal jumlah harta yang dimiliki oleh seseorang sehingga harta itu wajib dikeluarkan zakatnya dinamakan nisab. Nisab bertindak sebagai batas minimal yang mengatur siapa yang wajib dan siapa yang tidak wajib memberikan zakat.
Jadi, jawabannya apa? Batas minimal jumlah harta yang dimiliki oleh seseorang sehingga harta itu wajib dikeluarkan zakatnya disebut nisab.
