Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu pahlawan pendidikan di Indonesia. Beliau mengemukakan beberapa ide dan konsep penting mengenai pendidikan dan kemerdekaan manusia. Menurut beliau, manusia yang merdeka memiliki beberapa ciri atau penanda tertentu. Namun, ada beberapa persepsi yang beredar yang tidak sesuai dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara. Berikut adalah penanda manusia merdeka menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara, dan satu penanda yang tidak termasuk dalam pandangannya.
- Mandiri: Menurut Ki Hadjar Dewantara, manusia yang merdeka adalah manusia yang mampu berdiri sendiri. Artinya, mereka harus mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pilihan mereka tanpa bergantung kepada orang lain.
- Mengetahui dan Menentukan Hak-haknya: Manusia merdeka menurut Ki Hadjar Dewantara adalah mereka yang memahami dan bisa menentukan hak-hak mereka. Mereka harus mampu membedakan antara hak dan kewajiban serta merespons dengan tepat setiap pelanggaran terhadap hak-hak mereka.
- Berkembang secara Alami: Manusia merdeka harus memiliki kesempatan untuk berkembang secara alami, tanpa batas dan tekanan dari luar. Mereka harus diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat dan minat mereka, melalui pendidikan dan latihan, maupun melalui pengalaman hidup mereka sendiri.
- Punya Rasa Empati dan Sosial: Manusia merdeka harus menghargai dan menghormati orang lain, memiliki rasa empati dan sosial, dan berkontribusi secara positif terhadap komunitas dan lingkungan mereka.
Namun ada satu penanda yang seringkali dihubungkan dengan kemerdekaan manusia tetapi tidak termasuk dalam pandangan manusia merdeka menurut Ki Hadjar Dewantara:
- Kaya atau Berkuasa: Banyak yang beranggapan bahwa manusia yang merdeka adalah mereka yang memiliki banyak harta atau berkuasa. Namun, bagi Ki Hadjar Dewantara, kemerdekaan bukanlah soal materi atau kekuasaan, melainkan tentang kemandirian, pemahaman hak, pertumbuhan alami, dan empati.
Ringkasnya, penanda manusia merdeka menurut Ki Hadjar Dewantara lebih mengarah pada aspek-aspek non-material atau spiritual, ketimbang materi atau kekuasaan. Pandangannya ini tentunya relevan hingga saat ini, mengingat nilai-nilai tersebut sangat penting dalam membentuk kepribadian manusia yang utuh dan merdeka.
