Agnes adalah seorang siswa Sekolah Dasar kelas 5 yang berprestasi baik di sekolahnya. Dari 30 siswa di kelasnya, Agnes berhasil berada di peringkat ketiga, mencerminkan dedikasi dan kerja kerasnya dalam pengetahuan akademik. Tidak hanya itu, Agnes juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, terutama dalam bidang olahraga dan kesenian. Anak berbakat ini berhasil mengumpulkan sejumlah piala dari prestasi-prestasinya dalam kedua bidang tersebut, membuat orang tuanya merasa sangat bangga.
Namun, dalam meraih semua prestasi ini, Agnes terkadang merasa kesulitan untuk menemukan waktu bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Baik di sekolah maupun di rumah, ia tidak memiliki banyak teman. Fokusnya yang kuat pada prestasi membuatnya kurang memiliki interaksi sosial.
Memandang kehidupan Agnes dari perspektif teori psikososial Erik Erikson, anak perempuan berprestasi ini berada pada tahap “Industriousness vs Inferiority“. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 6 hingga 11 tahun, di mana anak mencoba menemukan dirinya lewat perbandingan dengan orang lain, terutama teman sebaya mereka.
Di tahap ini, Erikson menggambarkan bahwa anak-anak belajar menjadi kompeten dan produktif dalam berbagai kegiatan yang mereka lakukan, baik di sekolah maupun di rumah. Di sisi lain, jika mereka merasa kurang mampu dibandingkan dengan teman sebaya mereka, ini bisa menyebabkan perasaan rendah diri atau inferior.
Dalam kasus Agnes, ia tampak produktif dan kompeten dalam banyak kegiatan, baik akademik maupun ekstra kurikuler. Namun, kurangnya interaksi yang dialaminya dengan teman sebaya bisa menjadi indikator bahwa Agnes mungkin sedang berjuang dengan elemen ‘ketidaksetaraan.’ Agnes mungkin merasa perlu secara terus-menerus untuk membuktikan kompetensinya, meskipun mungkin ia merasa kesulitan dalam hal berinteraksi dan membentuk hubungan sosial.
Jadi, jawabannya apa? Agnes berada dalam tahap “Industriousness vs Inferiority” dalam teori psikososial Erik Erikson. Analyzing proses pembelajaran serta sosialisasi Agnes dapat membantu kita memahami lebih lanjut bagaimana proses perkembangan psikososial pada anak berjalan, dan bagaimana pendekatan yang berbeda dapat mempengaruhi dinamika proses tersebut.