Buku

Aku Sudah Tak Marah Walau Masih Teringat

29
×

Aku Sudah Tak Marah Walau Masih Teringat

Sebarkan artikel ini
Aku Sudah Tak Marah Walau Masih Teringat

Ada sesuatu yang sederhana namun sulit dilakukan dalam hidup, ‘memaafkan dan melupakan’. Walaupun kedengarannya mudah, saat terserang emosi negatif seperti kekesalan atau kemarahan, memaafkan menjadi sebuah tantangan. Namun, tidak ada yang sulit jika kita mencoba. Maka dari itu, aku ingin berbagi tentang sebuah pelajaran yang telah aku pahami, “Aku telah tidak marah, meski masih teringat.”

Kita kerap kali dimanfaatkan orang lain, terluka, dan dikhianati. Sejatinya, ini semua menjadi bagian dari kisah hidup yang terus berjalan. Namun, sesak dalam hati sering kali masih mendera akibat perlakuan-perlakuan tersebut. Walau sudah mencoba untuk tidak marah, tetap saja kesalahan tersebut masih ada dalam ingatan.

Tapi, ku pelajari satu hal. Tidak marah tidak selamanya berarti harus melupakan. Marah adalah rasa, sedangkan mengingat adalah fakta. Manusia, dengan kapasitas otaknya, bersifat reflektif, dan refleksi itu datang dari ingatan. Ingatan tentang suatu hal bisa menjadi pemicu untuk emosi, termasuk kemarahan. Namun, mengendalikan rasa marah yang muncul dari ingatan tersebut adalah kunci.

Memegang kemarahan hanya akan merugikan kita sendiri. Serasa bawa beban yang berat, pikiran tidak tenang, dan hati tidak damai. Membuang rasa marah bukan berarti melupakan, tapi lebih kepada cara kita mengendalikan hati dan pikiran kita sendiri. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk kita sendiri, maka sudah sepatutnya kita memaafkan.

Selain itu, melupakan bukanlah satu-satunya jalan untuk memaafkan. Menyimpan memori atau peristiwa buruk sebagai pembelajaran sejatinya adalah cara yang bijaksana. Hal ini membantu kita untuk tidak jatuh dalam lubang yang sama atau merasakan sakit yang sama di kemudian hari.

Di antara semua ini, penting untuk diingat bahwa prosesnya mungkin tidak mudah, dan tiap orang punya caranya sendiri. Ada yang bisa langsung memaafkan, namun tidak melupakan. Ada pula yang memerlukan waktu yang lama untuk mencapai titik ‘tidak marah’ meski masih tersimpan dalam ingatan. Yang terpenting adalah, proses tersebut suatu hari nanti pasti akan membawa kepada kedamaian batin.

Maka, ‘Aku sudah tak marah walau masih teringat,’ merupakan sebuah pernyataan dari hati yang telah menerima, memaafkan, dan belajar dari masa lalu. sebuah langkah penting menuju kedamaian batin, untuk mencapai hidup yang lebih tenang dan bahagia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *