Andi adalah seorang individu yang tekun berkarir dalam bidang tekstil. Dengan sepuluh tahun pengalaman di dunia industri, ia telah menjejakkan jejaknya dari tingkatan staf paling bawah hingga posisi manajer bagian pemasaran di perusahaan tekstil yang berbasis di kota Solo. Namun, selama perjalanan karirnya, Andi menemukan sebuah masalah lingkungan yang cukup serius di tempat ia bekerja.
Beberapa waktu lalu, saat melakukan kunjungan rutin ke pabrik produksi, Andi terkejut mengetahui bahwa perusahaan tempat dia bekerja telah membuang limbah tekstil ke sungai yang berada di belakang pabrik. Faktanya, praktek ini tampaknya telah berlangsung untuk waktu yang cukup lama, bahkan mungkin sejak ia pertama kali bergabung dengan perusahaan.
Andi merasa dilema menghadapi situasi ini. Sebagai manajer, tindakan apa yang seharusnya ia ambil? Bagaimana jika Andi harus menyampaikan kondisi yang ditemukannya? Mana yang lebih baik, menyampaikannya pada pimpinan level tertinggi atau membocorkanny ke publik? Mengingat fakta bahwa Andi saat ini berada di tengah dilema ini, ini membawa kita ke diskusi tentang perilaku whistle blowing.
Whistle blowing adalah tindakan memberitahu orang-orang atau organisasi luar bahwa perusahaan tempat seseorang bekerja sedang melakukan sesuatu yang tidak etis, melanggar hukum, atau merugikan masyarakat. Dalam hal ini, dilema Andi mempertanyakan apakah harus menjadi whistle blower dan memberitahukan tentang penyimpangan lingkungan tersebut.
Jika Andi memutuskan untuk membicarakannya dengan pimpinan, ini bisa menjadi langkah awal yang baik. Memang ada kemungkinan pimpinan perusahaan tidak menyadari praktek tersebut atau mungkin sudah menyadari tetapi memilih untuk mengabaikannya. Dalam kedua skenario ini, membawa topik ini ke perhatian mereka dapat membuka ruang untuk perubahan dan perbaikan.
Kemudian, jika pimpinan perusahaan tidak menanggapi atau tidak berbuat apa-apa tentang situasi tersebut, Andi dapat mempertimbangkan untuk menjadi whistle blower dan membawa masalah ini ke publik atau pihak yang berwenang. Akan tetapi, melakukan hal ini juga harus mempertimbangkan konsekuensinya.
Kasus Andi adalah contoh nyata tentang bagaimana dilema etika dapat muncul dalam lingkungan kerja. Untuk membuat keputusan yang tepat, Andi harus mempertimbangkan dampak dari tindakannya, baik bagi perusahaan, lingkungan, juga bagi dirinya sendiri.
Jadi, jawabannya apa? Setiap pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Akhirnya, Andi harus memutuskan apakah dia siap untuk menanggung dampak dari melakukan tindakan yang etis dan benar, atau memilih untuk tetap diam dan membiarkan perusahaan melanjutkan praktek yang merusak lingkungan ini.