Dalam berinteraksi dengan sesama, terkadang manusia melakukan komunikasi terkait isu atau perilaku orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam banyak kasus di kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendengar atau mungkin terlibat dalam aktivitas seperti ghibah dan buhtan. Meski kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian, sebenarnya ada perbedaan mendasar antara keduanya.
Pengertian Ghibah dan Buhtan
Pengertian ghibah dalam agama Islam adalah membicarakan aib atau kekurangan orang lain di belakangnya dengan sesuatu yang benar, tapi tidak dia sukai kalau hal tersebut diungkapkan. Jadi, intinya adalah bahwa yang kita bicarakan adalah kebenaran, namun itu menjadi ghibah karena kita membicarakan hal tersebut tanpa sepengetahuan atau persetujuan orang yang bersangkutan.
Sementara itu, buhtan adalah tindakan berbicara tentang orang lain dengan ucapan yang tidak benar. Dengan kata lain, buhtan adalah fitnah atau menuduh seseorang dengan perbuatan yang tidak ia lakukan. Jelas bahwa keduanya adalah perbuatan yang tidak disukai dalam agama Islam atau bahkan dalam etika berbicara manusia pada umumnya.
Perbedaan Ghibah dan Buhtan
Dari pengertian di atas, jelas bahwa perbedaan utama antara ghibah dan buhtan ada pada tingkat kebenaran informasi yang disampaikan. Ghibah adalah membicarakan kekurangan atau aib orang lain di belakangnya dengan kebenaran yang tidak dia sukai untuk diungkapkan. Sedangkan buhtan adalah tuduhan atau pernyataan yang tidak benar tentang seseorang.
Dari sisi akibatnya, buhtan tentu memiliki dampak yang lebih buruk karena bisa mencemarkan nama baik seseorang atau bahkan mengakibatkan kerugian materi bagi seseorang yang dituduh. Sementara ghibah juga tidak kalah buruknya, karena bisa merusak hubungan antarindividu atau kelompok.
Penutup
Sebagai pribadi yang bertanggung jawab dan beretika, penting bagi kita untuk senantiasa menjaga lisan dan perilaku kita, baik dalam berbicara langsung maupun di belakang seseorang. Agar kita terhindar dari perbuatan ghibah dan buhtan, kita harus mencoba untuk selalu berbicara yang baik dan benar, atau lebih baik diam, seperti yang diajarkan dalam agama Islam.
Selain itu, sebagai masyarakat yang beradab, kita harus berusaha untuk lebih percaya pada bukti yang valid dan terverifikasi daripada gosip atau fitnah yang tidak bertanggung jawab. Dengan berbuat demikian, kita bukan hanya menjaga etika berbicara kita sendiri, tetapi juga membantu untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan harmonis.