Masalah hierarki budaya, dengan budaya tinggi di satu sisi dan budaya populer di sisi lain, telah lama menjadi subjek perdebatan di kalangan cendekiawan dan penikmat budaya. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah budaya tinggi (seperti opera klasik, seni rupa, dan literatur klasik) secara intrinsik lebih unggul daripada budaya populer (seperti musik pop, film blockbuster, dan media sosial)?
Meredam Anggapan Lama
Banyak pihak yang berpendapat bahwa budaya tinggi lebih unggul, sebagian besar berdasarkan asumsi bahwa budaya tersebut menghasilkan karya-karya kompleks yang membutuhkan pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam untuk dihargai sepenuhnya. Sementara itu, budaya populer seringkali dianggap lebih mudah dicerna dan lebih bersifat komersial.
Namun, pemahaman seperti ini sebenarnya kurang tepat dan bisa disebut sebagai pandangan elitis. Mengapa? Karena budaya bukanlah suatu hal yang statis, melainkan dinamis. Budaya bergerak dan berkembang seiring berjalannya waktu, dipengaruhi oleh banyak faktor seperti perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi.
Tidak Ada Hierarki dalam Budaya
Suatu karya budaya harus dihargai berdasarkan nilainya sendiri, bukan karena statusnya sebagai bagian dari budaya tinggi atau populer. Kualitas sebuah karya tidak ditentukan oleh kategorinya dalam budaya tinggi atau populer, melainkan oleh nilai estetis dan pesan yang dapat disampaikan kepada penikmatnya.
Budaya populer memiliki daya tariknya sendiri dan memberikan dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Media populer seperti televisi, film, dan internet telah menjadi platform yang kuat untuk berbagai bentuk ekspresi budaya. Mereka juga despotensi menjadi agen perubahan sosial yang efektif, menciptakan ruang bagi suara-suara yang seringkali terpinggirkan dalam budaya tinggi.
Budaya tinggi, di sisi lain, juga memiliki manfaatnya sendiri. Karya-karya dalam budaya tinggi seringkali mengeksplorasi isu-isu kompleks dan dapat memberikan perspektif yang mendalam tentang dunia. Namun, ini tidak berarti bahwa mereka secara otomatis lebih baik dibandingkan dengan budaya populer.
Jembatan antara Budaya Tinggi dan Budaya Populer
Pada akhirnya, yang penting adalah bagaimana kita sebagai penikmat budaya mampu menemukan makna dan nilai dalam berbagai aspek budaya, baik itu budaya tinggi ataupun populer. Justru dalam keragaman tersebut, terdapat kekayaan budaya yang seharusnya kita hargai.
Apakah berarti budaya tinggi lebih baik dibandingkan budaya populer? Atau sebaliknya? Mungkin kita tidak perlu menempatkan satu di atas yang lain. Kedua jenis budaya ini, pada dasarnya, memiliki peran dan manfaat masing-masing yang sama-sama penting.
Jadi, jawabannya apa? Setiap budaya memiliki nilai dan kekuatan uniknya. Tidak ada yang lebih baik dibanding yang lain, masing-masing memiliki daya tarik dan keunikannya sendiri. Semua bagian dari budaya kita memiliki kapasitas untuk memperkaya pengalaman manusia dan, oleh karena itu, pantas dihargai.