Budaya sering dikelompokkan menjadi dua kategori utama: budaya tinggi dan budaya populer. Budaya tinggi merujuk pada elemen budaya yang umumnya dianggap bertaraf tinggi oleh masyarakat, seperti seni klasik, sastra klasik, dan musik simfoni. Sementara itu, budaya populer merujuk pada elemen budaya yang lebih konsumtif dan termasuk hiburan massal, seperti TV, film, dan musik pop.
Barangkali, banyak yang menganggap bahwa budaya tinggi adalah bentuk budaya yang lebih baik dan superior dibandingkan dengan budaya populer. Namun, pemahaman tersebut sebenarnya kurang tepat.
Pertama, pengelompokan budaya tinggi dan budaya populer muncul dari perspektif elitisme kelas sosial. Budaya tinggi sering dianggap sebagai bentuk budaya yang hanya dapat diakses dan dihargai oleh kelas atas. Di sisi lain, budaya populer dianggap ‘rendah’ karena mudah diakses oleh kelas bawah. Ini menunjukkan adanya bias kelas dalam penghargaaan kultural ini.
Contoh nyata dalam hal ini adalah Shakespeare. Pada awalnya, karya-karya Shakespeare dianggap sebagai bentuk budaya populer yang ditujukan untuk masyarakat umum, bukan hanya bagi kalangan elit. Namun, seiring berjalannya waktu, karya-karyanya dianggap sebagai bagian dari budaya tinggi dan sering dikaitkan dengan elit intelektual. Perubahan persepsi tersebut menunjukkan bahwa klasifikasi budaya tinggi dan populer adalah subjektif dan dapat berubah seiring dengan berubahnya konteks sosial dan sejarah.
Kedua, baik budaya tinggi maupun budaya populer memiliki nilainya masing-masing dan sama pentingnya. Budaya tinggi memfasilitasi pemahaman mendalam kita tentang sejarah dan tradisi manusia. Di sisi lain, budaya populer penting untuk memahami tren dan nilai-nilai terkini dalam masyarakat kita.
Sebagai contoh, sementara musik klasik dapat memberikan keindahan artistik dan kedamaian batin, musik pop dapat merefleksikan suasana hati, identitas, dan pertempuran budaya kontemporer. Kedua genre tersebut tidak bisa dinilai mana yang lebih baik, karena masing-masing mempunyai peran dan fungsi tertentu dalam masyarakat kita.
Dengan demikian, tidak adil untuk berpendapat bahwa budaya tinggi lebih baik dibandingkan budaya populer. Setiap bentuk budaya memainkan perannya dalam membentuk, mempengaruhi, dan mencerminkan masyarakat kita. Budaya tinggi dan budaya populer seharusnya menjadi dua sisi dari spektrum budaya yang sama, bukan dua entitas yang berseberangan.
Jadi, jawabannya apa? Pemahaman yang menganggap budaya tinggi lebih baik dari budaya populer adalah pemahaman yang keliru. Keduanya sama-sama penting dan memiliki nilai tersendiri dalam memberikan wawasan penting tentang kehidupan dan pengalaman manusia.