Belajar merupakan proses yang tak hanya berlangsung pada individu, tetapi juga sebuah proses sosial yang dimiliki dan digerakkan oleh interaksi dalam komunitas. Dalam konteks pendidikan, murid merupakan salah satu komponen vital yang berada di garda terdepan dalam proses belajar. Lebih dalam, belajar adalah sebuah perkembangan pengetahuan baru yang dibangun dan dilakukan sendiri oleh murid.
Pengetahuan Baru yang Dibangun sendiri oleh Murid
Pengetahuan baru ini tidak jatuh begitu saja dari langit, tetapi dibangun dari dasar yang telah ada, yaitu kemampuan awal murid. Dari kemampuan dasar inilah, murid menggali dan mengolah berbagai sumber belajar yang ada untuk merekonstruksi pengetahuan baru yang dimilikinya.
Pengalaman belajar sendiri merupakan modal yang sangat penting dalam proses konstruksi pengetahuan ini. Setiap pengalaman belajar, baik yang berhasil maupun yang gagal, memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi perkembangan pengetahuan baru yang sedang dibangun murid.
Pandangan ini yang menjadi dasar dari teori belajar konstruktivis. Dalam teori ini, belajar dipahami sebagai proses aktif dimana murid sendiri yang mengkonstruksi pengetahuan mereka. Sejalan dengan teori ini, pembelajaran di sekolah ditujukan untuk memfasilitasi murid dalam proses konstruksi pengetahuan tersebut.
Interaksi Sosial dalam Proses Belajar
Interaksi sosial yang dimiliki murid juga berperan penting dalam proses pembelajaran. Melalui interaksi sosial ini, murid dapat saling berbagi pengetahuan, mengevaluasi pengetahuannya dan mendapatkan feedback yang membantu dalam proses pembelajaran mereka. Konsep ini dikenal sebagai “scaffolding” dalam teori belajar vygotskian.
Sementara, pandangan ini juga sejalan dengan teori belajar yang digunakan dalam penyusunan capaian pembelajaran. Penyusunan capaian belajar bergantung pada pemahaman tentang bagaimana proses belajar berlangsung dan bagaimana pengetahuan tumbuh dan berkembang dalam pikiran murid. Dalam hal ini, pandangan belajar sebagai proses membangun pengetahuan baru dan dilakukan sendiri oleh murid, pengetahuan baru ini dibangun dari kemampuan awal, pengalaman belajar, dan interaksi sosial yang dimiliki murid, menjadi panduan yang relevan.
Jadi, selayaknya konsep-konsep ini menjadi pedoman bagi tenaga pendidik dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran yang baik, yang melibatkan murid sebagai subjek yang aktif dalam proses pembelajaran dan memandang belajar sebagai proses konstruksi pengetahuan yang berlangsung sepanjang hayat. Maka, pembelajaran seharusnya bukan semata-mata transmisi pengetahuan dari guru ke murid, tetapi merupakan proses aktif yang melibatkan partisipasi aktif dari murid.
Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah – kita perlu kembali memposisikan murid sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Kita harus meletakkan murid pada pusat proses pembelajaran, memandang mereka sebagaimana mereka seharusnya dilihat – pembelajar yang aktif dalam proses membangun pengetahuan mereka sendiri, dari kemampuan awal, pengalaman belajar, dan interaksi sosial yang dimiliki.
