Benua Eropa dan Asia, walaupun letak geografisnya saling bersebelahan dan membentuk satu kesatuan daratan yang sama, dianggap dan dikenal sebagai dua benua yang berbeda. Alasan dibalik pembagian ini sebenarnya ada dalam sejarah geografi, politik, dan budaya keduanya.
Faktor sejarah dan budaya menjadi alasan besar mengapa Eropa dan Asia dipisahkan. Meminjam istilah para ahli, batasan antara kedua benua ini digambarkan berdasarkan ‘perbedaan budaya’. Dalam sejarah pengetahuan manusia, Eropa dan Asia selalu dianggap sebagai dua entitas pemikiran yang berbeda, sejauh Perjanjian Tordesillas pada abad 15 yang membagi dunia antara kerajaan Spanyol dan Portugis.
Jadi, batas antara Eropa dan Asia sebenarnya lebih banyak didasarkan pada faktor budaya daripada geografi. Ada banyak perbedaan secara etnis, bahasa, agama, tradisi dan sejarah yang mendalam antara bangsa di Eropa dan Asia. Faktor ini menciptakan perbedaan yang cukup signifikan, hingga pada akhirnya dua daerah ini dipandang sebagai dua benua yang terpisah.
Dalam hal geografi, pengkategorian ini terasa agak ambiguitas. Bagi para ahli geologi, memisahkan benua berdasarkan batasan geografis yang berbeda adalah hal yang sulit karena kedua benua ini sebenarnya berada di satu lempeng tektonik yang sama, lempeng tektonik Eurasia. Meski begitu, benua Eropa dan Asia umumnya dipisahkan oleh Pegunungan Ural dan sungai yang mengalir dari itu, yaitu Sungai Ural, Laut Kaspia, dan Pegunungan Kaukasus.
Dalam konteks politik, Asia dan Eropa dilihat sebagai dua benua yang berbeda bahkan oleh Palang Merah Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Keberadaan mereka sebagai dua entitas yang berpisah penting untuk menentukan struktur dan organisasi kebijakan internasional dalam banyak cara, termasuk ketentuan perdagangan dan aliansi militer.
Oleh karenanya, walaupun benua Eropa dan Asia secara geografis adalah satu daratan, namun perbedaan sejarah, budaya, dan politik membuat kedua benua ini dipandang sebagai entitas yang berbeda dalam banyak aspek.