Islam bukan hanya adalah agama, tetapi juga pengajaran kehidupan. Salah satu pelajaran yang pelik tapi berharga adalah perjuangan Nabi Luth AS. Seorang nabi yang mendapatkan tantangan berat dari kaumnya, termasuk tidak mendapat dukungan dari istrinya.
Dalam perjalanan mendakwahkan kebenaran, Nabi Luth AS tidak terlepas dari berbagai cobaan dan tantangan. Kaumnya, yang dikenal dengan nama kaum Sodom, adalah kaum yang mempraktikkan perbuatan yang sangat dikecam oleh kepercayaan sembilan belas. Perbuatan itu adalah homoseksualitas, suatu perbuatan yang sangat bertentangan dengan hukum alam dan batasan-batasan moral yang ditetapkan oleh Tuhan.
Nabi Luth AS berusaha keras untuk memberdayakan kaumnya agar kembali ke jalan yang benar. Dia berusaha meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah perbuatan mungkar, dosa besar yang dapat mengakibatkan murka Allah SWT.
Namun, upaya Nabi Luth ini disambut dengan penolakan dan permusuhan. Bukan hanya penolakan dari kaumnya, tetapi juga dari orang yang seharusnya paling mendukungnya, yaitu istrinya sendiri. Sang istri, yang sering digambarkan sebagai wanita yang bermuka dua dan tidak setia, ternyata juga berbagi cerita yang sama.
Dibalik rasa sakit dan kekecewaan, Nabi Luth tidak pernah menyerah dalam menyebarkan kebenaran. Meski dihujat, ditolak, dan bahkan dikhianati oleh orang terdekatnya, Nabi Luth AS tetap berpegang teguh pada ajaran dan prinsip-prinsipnya. Dia yakin bahwa kebenaran, meski pahit, adalah hakikat yang tidak bisa ditawar.
Kisah Nabi Luth ini mengajarkan kita bahwa dalam perjuangan menghadapi kebenaran, kita tidak boleh mudah menyerah. Meskipun didera kesulitan dan tantangan, kita harus tetap kuat dan bertekad untuk menegakkan kebenaran. Kebenaran itu sendiri bisa jadi pahit dan sulit diterima, tetapi inilah perjuangan yang sebenarnya.
Betapa berat perjuangan Nabi Luth, tetapi ia tetap memiliki keteguhan hati dan keimanan yang kuat. Kisah ini menjadi contoh bagi kita bahwa dalam setiap perjuangan pasti ada cobaan, dan kekuatan untuk bertahan adalah keimanan dan keyakinan kita pada kebenaran.
Jadi, jawabannya apa?
Jawabannya adalah betapa pentingnya keteguhan hati dalam perjuangan, serta betapa berharganya kejujuran dan keberanian untuk berdiri tegak di atas kebenaran, meski seluruh dunia menentang.