Guru

Bu Arai, Guru Bimbingan Konseling yang Terkenal Disiplin: Kasus Skorsing dan Konflik dengan Orang Tua Murid

38
×

Bu Arai, Guru Bimbingan Konseling yang Terkenal Disiplin: Kasus Skorsing dan Konflik dengan Orang Tua Murid

Sebarkan artikel ini
Bu Arai, Guru Bimbingan Konseling yang Terkenal Disiplin: Kasus Skorsing dan Konflik dengan Orang Tua Murid

Bu Arai adalah seorang guru bimbingan konseling yang terkenal akan kedisiplinannya yang tinggi. Dalam kesehariannya, beliau menerapkan kedisiplinan secara ketat, seperti dalam hal keterlambatan, kerapian, dan kesopanan dalam bertutur kata. Namun, kedisiplinan yang diterapkan Bu Arai ternyata menyebabkan kontroversi dalam suatu kasus.

Kasus ini berawal ketika Bu Arai mendapatkan informasi bahwa ada peserta didik, yang akan kita sebut sebagai peserta didik X dan beberapa temannya, yang merokok di belakang sekolah. Kejadian tersebut jelas melanggar aturan sekolah dan Bu Arai memutuskan untuk mengambil tindakan. Bu Arai memanggil peserta didik tersebut dan memberikan hukuman berupa skorsing selama 1 minggu.

Keputusan Bu Arai tersebut menimbulkan reaksi dari orang tua X. Mereka datang ke sekolah untuk menemui Bu Arai dan berdiskusi mengenai hukuman yang diberikan kepada anak mereka. Diskusi tersebut berubah menjadi adu mulut di antara kedua pihak.

Meskipun tidak terjadi kekerasan fisik, tetapi dengan adanya konflik ini, Bu Arai memutuskan untuk membawa kasus tersebut ke dewan komite sekolah. Tujuan Bu Arai adalah agar masalah ini dapat dihadapi secara komprehensif dan mencegah agar kejadian serupa tidak terulangi di masa mendatang.

Berdasarkan penyampaian kasus di atas, identifikasi masalah dan karakteristik profesi guru menjadi elemen penting. Dalam kasus ini, Bu Arai sebenarnya melakukan tugasnya sebagai guru untuk mendidik dan menegakkan disiplin.

Menegakkan disiplin merupakan salah satu karakteristik profesi seorang guru. Dalam praktiknya, guru memiliki wewenang untuk memberikan hukuman – inclusing skorsing – jika peserta didik melanggar peraturan sekolah, selama hukuman tersebut sesuai dengan prosedur dan regulasi yang berlaku.

Namun, proses komunikasi dan interaksi dengan orang tua peserta didik juga menjadi kunci. Mungkin dalam kasus ini, eksekusi disiplin bisa dilakukan lebih efektif dengan melibatkan orangtua sejak awal dan menjelaskan konsekuensi atas pelanggaran aturan yang dilakukan oleh peserta didik.

Jadi, jawabannya apa? Dalam kasus ini, apa yang dilakukan oleh Bu Arai sejalan dengan karakteristik profesi seorang guru, yaitu mendidik dan menegakkan disiplin, meski proses eksekusi dan komunikasinya yang bisa ditingkatkan untuk mencegah konflik. Meski demikian, peran dewan komite sekolah juga penting untuk menyelesaikan konflik dan menyusun strategi pencegahan agar kasus serupa tidak terjadi di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *