Bahasa Melayu, juga dikenal sebagai bahasa Malaysia atau Indonesia, adalah lingua franca di Asia Tenggara. Bukti konkret bahwa Bahasa Melayu telah digunakan di kawasan ini sudah lama ada sehingga menjadikannya salah satu bahasa tertua dan paling meluas di dunia.
Evidensi Arkeologi dan Prasasti
Sebab utama yang mengukuhkan keberadaan Bahasa Melayu di Asia Tenggara adalah prasasti dan artefak arkeologi yang ditemukan. Prasasti kuno seperti di Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Tugu berisi tulisan dalam Bahasa Melayu Kuno, dan berasal dari abad ke-7 dan 8 Masehi. Prasasti-prasasti ini memberi petunjuk yang jelas tentang penggunaan Bahasa Melayu dalam urusan pemerintahan dan spiritual di kawasan tersebut.
Hubungan Bahasa
Adapun bukti lainnya adalah hubungan erat Bahasa Melayu dengan bahasa lain dalam rumpun Austronesia. Bahasa ini memiliki kesamaan dalam kosakata dan tata bahasa dengan bahasa-bahasa seperti Jawa, Tagalog (Filipina), dan bahasa lokal lainnya di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan adanya penyebaran dan penggunaan Bahasa Melayu melintasi kawasan tersebut sejak jauh sebelum kedatangan penjajah Eropa.
Catatan Sejarah
Bukti lain yang mendukung klaim ini adalah catatan sejarah dan penjelasan oleh pedagang dan penjelajah asing. Banyak sumber dari Cina, India, dan Eropa yang merujuk pada bahasa yang digunakan di Nusantara, yang secara signifikan mirip dengan Bahasa Melayu modern. Misalnya, catatan dari pedagang Cina dari Dinasti Ming menyebutkan penggunaan Bahasa Melayu di pelabuhan-pelabuhan Asia Tenggara.
Kesimpulan
Dengan berbagai bukti yang ada, tidak dapat disangkal bahwa Bahasa Melayu telah diakui sebagai bahasa penting di Asia Tenggara sejak berabad-abad yang lalu. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada komunikasi tetapi juga terbentang dalam bidang politik, budaya, dan spiritual. Oleh karena itu, Bahasa Melayu masih digunakan secara luas dan tetap relevan, memberikan pengaruh yang abadi di kawasan Asia Tenggara hingga saat ini.