Pendidikan yang memerdekakan, seperti yang disebut Paulo Freire, menekankan pentingnya pendidikan yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mencari pengetahuan secara mandiri. Prinsip ini mencakup dunia pendidikan yang interaktif, inklusif, dan dinamis. Artikel ini akan mencoba merangkum hal-hal yang sudah selaras dan yang belum selaras dengan prinsip ini.
Hal-Hal Yang Sudah Selaras dengan Praktik Prinsip Pendidikan yang Memerdekakan
Beberapa praktek pendidikan sejauh ini telah berhasil mencerminkan prinsip pendidikan yang memerdekakan. Salah satunya adalah pergeseran dari metode pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif melibatkan interaksi langsung siswa dalam proses pembelajaran, seperti melakukan percobaan, diskusi kelompok, dan proyek kelompok.
Metode pengajaran yang lebih memprioritaskan pemahaman konsep daripada hafalan juga selaras dengan pendidikan yang memerdekakan. Banyak sekolah dan lembaga pendidikan kini telah mengadopsi struktur curriculum yang mendorong pemahaman konsep dan berpikir kritis.
Pendidikan inklusif juga menjadi refleksi lain dari pendidikan yang memerdekakan. Melalui pendidikan inklusif, setiap individu, terlepas dari latar belakang mereka, diberi kesempatan yang sama untuk belajar dan mengembangkan potensi mereka.
Hal-Hal Yang Tidak Selaras Terkait Praktik Prinsip Pendidikan yang Memerdekakan
Namun, masih ada beberapa hal dalam sistem pendidikan saat ini yang tidak sepenuhnya selaras dengan prinsip pendidikan yang memerdekakan. Salah satu pembatas utama adalah sistem evaluasi berbasis ujian belaka. Sistem ini cenderung mendukung hafalan daripada pemahaman dan berpikir kritis, yang bertentangan dengan konsep pendidikan yang memerdekakan.
Selanjutnya, pendidikan yang terpusat pada guru juga menjadi salah satu hal yang perlu diubah. Dalam model ini, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, dan siswa sebagai penerima pasif. Model ini bertentangan dengan konsep pendidikan yang memerdekakan yang mengharapkan adanya interaksi dan pembelajaran dua arah antara guru dan siswa.
Terakhir, kurangnya akses ke pendidikan berkualitas untuk semua lapisan masyarakat juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Disparitas sosial dan ekonomi seringkali menjadi hambatan bagi individu untuk mendapatkan pendidikan yang setara.
Sementara kita telah melakukan sejumlah kemajuan dalam menerapkan prinsip pendidikan yang memerdekakan, masih banyak hal yang harus kita tinjau dan perbaiki dalam sistem pendidikan kita. Proses ini memerlukan kerjasama dan komitmen dari semua pihak yang terlibat dalam sistem pendidikan, mulai dari para pendidik, siswa, orang tua, hingga pemerintah.
Jadi, jawabannya apa? Proses edukasi adalah perjalanan yang tiada henti. Menyesuaikan pendidikan dengan prinsip pendidikan yang memerdekakan bukanlah tugas yang mudah, namun upaya untuk terus mengupayakan hal tersebut merupakan langkah penting untuk memberdayakan generasi mendatang.