Dalam bayangan menawan yang diciptakan oleh sejarah, citra seorang ratu berdiri tetap teguh di depan pejabat kerajaan, sedangkan Sri Gitarja, seorang permaisuri lainnya, duduk bersimpuh dengan rendah hati. Mereka berdua menjadi pihak yang memberikan suasana serius dan penuh hormat pada saat-saat penting dalam kerajaan. Emosi, politik dan cinta semuanya berjalan bersama dalam kehidupan istana.
Emban tua, yang secara tradisional memiliki tugas penting dalam pemerintahan, melanjutkan tugas mereka. Kali ini, mereka mengemban tugas untuk sekar Kedaton Dyah Wiyat, seorang perempuan yang terlihat lebih tegas dari saudarinya. Apakah kekuatannya manifestasi dari hatinya yang tidak mampu menerima dengan tulus pernikahan tersebut?
Ketika ibu-ibu ratu menangis dan pengaruh emosi mereka menyebar, mempengaruhi semua orang untuk berbagi dalam deru tangisan mereka, Dyah Wiyat tetap tegar. Dia tidak menunjukkan air mata apa pun, namun bukannya tidak ada kesedihan dalam hatinya. Saat dia menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu, satu-satunya wajah yang tetap ada dan melekat di benaknya adalah wajah Rakrian Tanca. Ayunan kaki Gajah Mada yang memegang keris, dan keris tersebut tergambar jelas di besar batu pelana yang dipakai oleh prajurit tampan itu, masih tetap tergambar di matanya.
Dalam kutipan teks sejarah ini, nilai yang mendominasi adalah nilai kejujuran, ketabahan, dan keterbukaan. Dyah Wiyat, meskipun tidak dalam posisi yang nyaman, tetap mempertahankan kejujurannya tentang perasaannya dan tidak tergoda untuk bergabung dalam kerumunan. Sementara itu, keteguhan hatinya dalam menghadapi tantangan sangatlah jelas dan menunjukkan sifat kepemimpinan yang kuat.
Kutipan ini juga mengungkap nilai-nilai seperti penghormatan dan kesetiaan kepada negara. Tindakan-tindakan dan tugas-tugas yang dilakukan oleh Gajah Mada juga menyiratkan nilai-nilai ini, terutama dalam kepatuhannya terhadap tugas-tugasnya.
Sebagai prajurit, Rakrian Tanca, ditunjukkan sebagai gambaran dari keteguhan dan ketabahan. Nilai-nilai ini terlihat dalam perjuangannya dalam mencapai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Secara keseluruhan, kutipan ini mencerminkan kompleksitas emosi, tugas dan tanggung jawab dalam kehidupan kerajaan. Nilai-nilai yang dominan yang ditunjukkan dalam kutipan ini merupakan cerminan dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pada saat itu dan masih sangat relevan sampai saat ini.