Diskusi

Islam Sangat Menggalakkan untuk Berpikir Kritis, Meneliti serta Mengkaji Segala Hal yang Terkait dengan Makhluk Ciptaan Allah SWT, Tetapi Dilarang Memikirkan Tentang

57
×

Islam Sangat Menggalakkan untuk Berpikir Kritis, Meneliti serta Mengkaji Segala Hal yang Terkait dengan Makhluk Ciptaan Allah SWT, Tetapi Dilarang Memikirkan Tentang

Sebarkan artikel ini
Islam Sangat Menggalakkan untuk Berpikir Kritis, Meneliti serta Mengkaji Segala Hal yang Terkait dengan Makhluk Ciptaan Allah SWT, Tetapi Dilarang Memikirkan Tentang

Islam bukanlah agama yang buta dan tidak berpendirian. Agama ini justru menggalakkan umatnya untuk menggunakan intelektual mereka dalam mengamati dan memahami dunia. Aspek-aspek ini jelas terkandung dalam konsep “Tadabur” dan “Tafakkur” dalam agama Islam. Mari kita telusuri detailnya dalam artikel ini.

Islam dan Pemikiran Kritis

Sebuah fakta menarik dari Islam adalah bahwa agama ini dengan jelas mendorong pemikiran kritis. Pemikiran kritis adalah kemampuan untuk mempertanyakan, mengevaluasi, dan menganalisis informasi atau gagasan dengan cara yang indepenten dan reflektif. Ini merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam era informasi saat ini.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Seandainya Al-Qur’an itu dari selain Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa: 82). Ayat ini membuktikan bahwa umat Islam didorong untuk membaca, memahami, dan berpikir kritis tentang isi Al-Qur’an.

Meneliti dan Mengkaji Makhluk Ciptaan Allah

Selain berpikir kritis, Islam juga mendorong para pengikutnya untuk meneliti dan mengkaji segala hal yang terkait dengan makhluk ciptaan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Imran: 190).

Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam dianjurkan untuk meneliti dan mengkaji fenomena alam dan makhluk hidup, sebagai cara untuk lebih memahami kebesaran Allah SWT. Banyak ilmuwan Muslim terkenal di masa lalu, seperti Ibnu Sina dan Al-Khawarizmi, adalah pionir dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan karena mereka menerapkan prinsip ini.

Batasan dalam Pemikiran dalam Islam

Namun, dalam dunia pemikiran, Islam juga menetapkan batas-batas tertentu. Memikirkan hakikat Allah SWT jelas melampaui kapasitas pemahaman manusia dan oleh karena itu dilarang. Rasulullah SAW bersabda: “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat-Nya”. (HR. Ahmad)

Hakikat ketuhanan adalah misteri yang tidak dapat dimengerti oleh akal manusia yang terbatas. Itulah sebabnya, Islam melarang umatnya untuk memikirkan atau berusaha memahami hakikat dari Allah SWT. Sebaliknya, umat Islam harus meyakini bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan, tanpa berusaha untuk memahami hakikat-Nya.

Kesimpulan

Dalam agama Islam, proses berpikir, meneliti, dan mengkaji adalah cara untuk memahami dunia dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang ciptaan dan keagungan Allah SWT. Akan tetapi, dalam konteks pemikiran tentang hakikat Allah, Islam meminta pemeluknya untuk menghargai misteri dan keagungan-Nya tanpa mencoba untuk memahaminya. Dengan demikian, Islam dengan bijaksana menciptakan keseimbangan antara keingintahuan intelektual dan kerendahan hati spiritual.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *