Diskusi

Kebanyakan Manusia Sering Melupakan Nikmat yang Diterima dari Allah SWT: Anggapan dan Sifat Riya’ dan Sum’ah

50
×

Kebanyakan Manusia Sering Melupakan Nikmat yang Diterima dari Allah SWT: Anggapan dan Sifat Riya’ dan Sum’ah

Sebarkan artikel ini
Kebanyakan Manusia Sering Melupakan Nikmat yang Diterima dari Allah SWT: Anggapan dan Sifat Riya’ dan Sum’ah

Kebanyakan manusia sering melupakan satu hal penting seiring merambatnya waktu dan perkembangan zaman: setiap nikmat dan berkah yang diperoleh berasal dari Allah SWT. Sering kali manusia beranggapan bahwa harta, kedudukan, dan pencapaian mereka adalah hasil kerja keras mereka sendiri, bukan sebagai nikmat yang diberikan oleh Allah. Anggapan semacam ini sangat merisaukan, terutama karena dapat memicu munculnya sifat riya’ dan sum’ah.

Riya’ dalam Islam merujuk pada kemunafikan, sikap yang menampilkan lebih dari apa adanya dengan tujuan membangkitkan sanjungan dari orang lain. Sum’ah, di sisi lain, adalah melakukan sesuatu dengan maksud mencari pujian dan pengakuan duniawi. Kedua sikap ini sangat ditegur dalam ajaran Islam, dan membawanya ke dalam perilaku sehari-hari merupakan salah satu bentuk lupa akan nikmat Tuhan.

Ingatan manusia mungkin berkurang, tetapi ini bukan berarti bahwa kita harus membiarkan anggapan dan perilaku ini merasuki hidup kita. Mengingat nikmat Allah seharusnya menjadi bagian penting dari kehidupan seorang Muslim. Bagaimana caranya? Terdapat beberapa metode dan rekomendasi ajaran Islam untuk menghindari perilaku riya’.

Salah satu cara terbaik untuk menghindari sikap riya’ dan sum’ah adalah melalui shukur. Bersyukur bukan sekedar aktifitas lisan, melainkan juga perbuatan. Setiap kali kita merasa telah meraih kesuksesan atau nikmat tertentu, kita harus mengingat bahwa itu semua adalah karunia dari Allah SWT dan kita harus berterima kasih kepada-Nya atas semua itu.

Menyadari bahwa segala nikmat adalah dari Allah, dan bukan hasil dari keberhasilan atau kemampuan kita, juga sangat penting. Ini membantu kita menghindari sikap riya’ dan sum’ah. Apapun yang kita miliki atau capai, kita harus selalu ingat bahwa itu semua hanyalah pinjaman dari Allah, dan kita harus menggunakan mereka dengan cara yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam.

Mengabaikan pujian dan sanjungan juga penting dalam mencegah praktik riya’. Dalam pandangan Islam, sanjungan yang berlebihan bisa mendorong seseorang menjadi terlalu sombong dan merasa lebih baik daripada orang lain. Hal ini mendorong perilaku riya’ dan sum’ah. Dengan cara menghindari sanjungan berlebih dan mengarahkan perhatian pada Allah SWT, kita dapat menghindari perangkap riya’ dan sum’ah.

Jadi, untuk mengehindari sifat riya dan sum’ah, kita harus senantiasa mengingat bahwa setiap nikmat yang kita peroleh, baik berupa harta atau kedudukan, merupakan pemberian dari Allah. Kita harus bersyukur dan menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan ajaran dan keinginan-Nya. Dengan begitu, kita dapat memupuk rasa rendah diri dan mencegah munculnya perilaku riya’ dalam diri kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *