Keinginan manusia untuk bersama dengan orang lain atau membutuhkan orang lain adalah hal yang sangat dasar dan didorong oleh fitrah manusia. Dari jaman prasejarah hingga zaman yang modern dan digital saat ini, tidak dapat disangkal bahwa manusia selalu mencari dan menciptakan berbagai cara untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
Fitrah sendiri adalah konsep yang merujuk pada sifat atau karakteristik yang diajukan oleh pencipta kepada ciptaannya. Dalam konteks manusia, fitrah merujuk pada sifat dasar atau naluri manusia. Dalam hal ini, fitrah manusia untuk bersosialisasi menunjukkan bahwa manusia telah dirancang untuk hidup dalam masyarakat, bukan sebagai individu yang terisolasi.
Manusia membutuhkan orang lain sebagai bagian integral dari kehidupan mereka. Interaksi sosial tidak hanya melayani tujuan praktis, seperti mencari makanan dan perlindungan dalam masyarakat primitif, tetapi juga memainkan peran penting dalam kesejahteraan psikologis seseorang. Faktanya, beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan langsung antara tingkat keterlibatan sosial dan kesejahteraan emosional dan mental seseorang.
Perasaan ini merasuk dalam setiap aspek kehidupan manusia; misalnya, dalam cara kita belajar, bermain, dan bekerja. Manusia secara alami mencari pembelajaran melalui interaksi sosial – kita belajar dari orang lain, kita belajar untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang lain. Cara kita bermain dan menikmati waktu luang juga cenderung melibatkan aktifitas sosial – pertandingan olahraga, permainan papan, atau melihat film semuanya melibatkan interaksi dengan orang lain.
Fitrah ini juga mencerminkan kebutuhan manusia untuk mendukung dan mendapatkan dukungan dari orang lain. Ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk hubungan manusia, mulai dari hubungan keluarga hingga pertemanan dan hubungan romantis. Semua hubungan ini membutuhkan interaksi dan ketergantungan, yang bukanlah hal yang lemah atau negatif, tetapi sebaliknya adalah bukti dari sifat dasar manusia.
Hal ini menunjukkan betapa dalamnya fitrah ini dalam kehidupan kita. Bahkan dalam era digital saat ini, di mana komunikasi teknologi tampaknya mendominasi, keinginan kita untuk konektivitas manusia dan interaksi sosial belum berkurang. Alat-alat digital kita, seperti media sosial dan aplikasi pesan, adalah cara kita memenuhi kebutuhan fitrah kita untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
Di sisi lain, kita harus memahami bahwa setiap individu dapat memiliki kebutuhan sosial yang berbeda. Ada orang yang lebih memilih untuk menghabiskan banyak waktu dalam kesendirian, dan itu bukanlah hal yang salah. Lebih pada bagaimana kita menjaga keseimbangan antara kebutuhan kita untuk berinteraksi dan waktu sendirian yang sehat bagi kita.
Jadi, jawabannya apa? Kita tidak dapat melarikan diri dari kenyataan bahwa sebagai manusia, kita adalah makhluk sosial. Kita membutuhkan orang lain dan interaksi manusia untuk berkembang dan berkembang. Keinginan manusia untuk bersama dan membutuhkan orang lain adalah bukti nyata dari fitrah kita sebagai makhluk sosial. Fitrah ini menciptakan dasar bagi komunitas, kerja sama, dan empati—hal-hal yang membuat kita benar-benar manusia.