Diskusi

Keselamatan Manusia Sangat Tergantung Kepada Kemampuannya dalam Menjaga Lisan: Tanda Muslim Sejati Menurut Rasulullah SAW

32
×

Keselamatan Manusia Sangat Tergantung Kepada Kemampuannya dalam Menjaga Lisan: Tanda Muslim Sejati Menurut Rasulullah SAW

Sebarkan artikel ini
Keselamatan Manusia Sangat Tergantung Kepada Kemampuannya dalam Menjaga Lisan: Tanda Muslim Sejati Menurut Rasulullah SAW

Sebuah hadis qudsi menyatakan bahwa “Sesungguhnya pada tubuh manusia ada satu potongan daging; bila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh itu, dan bila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu, ingatlah, itu adalah hati.” (Hadist Bukhari dan Muslim). Hati yang disebutkan dalam hadis adalah tidak lain adalah lisan. Lisan, sebagai ‘jendela hati’, memiliki peran krusial dalam menentukan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Hal ini bukan tanpa alasan, pasalnya dalam agama Islam, sangat ditekankan bahwa seorang Muslim sejati adalah mereka yang mampu menjaga lisan mereka dari ucapan-ucapan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Peran Lisan dalam Menjaga Keselamatan Manusia

Lisan merupakan instrumen penting dalam kehidupan manusia. Selain digunakan untuk berkomunikasi, lisan juga berperan sebagai penentu keselamatan diri seseorang. Di dalam konteks agama Islam, dengan lisan, seseorang dapat mengucap syahadat, membaca dzikir, doa, serta memohon ampun kepada Allah SWT. Selain itu, lisan juga dapat digunakan untuk menasehati orang lain, membimbing mereka kepada kebaikan, dan mencegah mereka melakukan perbuatan maksiat.

Namun, di sisi lain, bila tidak dikontrol dengan baik, lisan dapat menjadi senjata yang membahayakan. Ujaran kasar, fitnah, ghibah, hingga perkataan yang dapat menimbulkan perpecahan dan ketidakharmonisan dalam masyarakat dapat dihasilkan dari lisan yang tidak terjaga.

Lisan Menurut Rasulullah SAW

Rasulullah SAW sendiri memberikan penekanan erat pada pengendalian lisan sebagai ciri dari seorang Muslim sejati. Sebuah hadis riwayat Imam Ahmad sangat populer di kalangan ulama dan umat Islam. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia berkata baik atau diam”.

Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW juga berpesan, “Bukanlah seorang Muslim yang baik ialah yang banyak puasanya dan sholatnya tetapi lisan belum terjaga, tetapi seorang Muslim yang baik ialah yang terjaga lisannya kemudian puasanya dan sholatnya banyak” (HR. Ahmad).

Kedua hadis tersebut menekankan bahwa seorang Muslim yang baik tidak hanya ditunjukkan dengan banyaknya ibadah ritual yang dilakukan, seperti puasa dan shalat, namun juga ditentukan oleh kemampuannya dalam menjaga lisan. Contoh nyata dari peran lisan ini adalah ketika seorang Muslim menjaga lisan mereka dari perkataan kasar, fitnah, dan ghibah.

Kesimpulan

Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa keselamatan manusia sangat tergantung kepada kemampuannya dalam menjaga lisan. Bukan hanya untuk keselamatan dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat kelak. Seorang Muslim yang sejati harus memiliki kemampuan menjaga dan mengendalikan lisan agar tidak mengeluarkan perkataan-perkataan yang tidak baik, yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Semakin seorang Muslim mampu menjaga lisan, maka semakin baik pula kualitas imannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *