Dalam industri yang bergerak di ranah transportasi, yang memiliki jumlah kendaraan mencapai 500 unit atau lebih, tentu memerlukan strategi khusus dalam mengelola potensi risiko yang bisa saja terjadi. Risiko tersebut bisa berupa kendaraan tertabrak, menyerempet, diserempet oleh kendaraan lain, atau bahkan menghadapi kemungkinan pencurian. Menyikapi berbagai risiko tersebut, ada dua alternatif yang biasanya dipertimbangkan oleh perusahaan, yaitu melakukan pengalihan risiko dengan cara asuransi atau menyisihkan sejumlah uang setiap bulannya sebagai penanggung risiko.
Pengalihan Risiko Melalui Asuransi
Pertama adalah dengan cara melakukan pengalihan risiko melalui asuransi. Dalam hal ini, perusahaan akan mendaftarkan semua kendaraannya ke sebuah lembaga asuransi. Damages yang terjadi akibat kendaraan tertabrak, menyerempet, atau bahkan dicuri, nantinya akan ditanggung oleh pihak asuransi.
Asuransi pada kendaraan biasanya akan mengganti biaya kerusakan fisik pada kendaraan yang diasuransikan atau kerusakan yang disebabkan oleh kendaraan tersebut pada pihak ketiga. Hal ini tentunya bisa meminimalisir kerugian finansial yang dialami oleh perusahaan apabila terjadi risiko.
Penyisihan Dana sebagai Alternatif Lainnya
Alternatif lainnya yang bisa dipertimbangkan perusahaan adalah dengan menyisihkan sejumlah uang setiap bulannya. Dana tersebut akan digunakan sebagai back up apabila terjadi risiko pada kendaraannya. Hal ini bisa menjadi pilihan bagi perusahaan yang merasa kebijakan asuransi tidak cukup mampu menjamin semua risiko yang mungkin saja terjadi pada kendaraannya.
Meskipun kedua cara ini berbeda, namun tujuannya sama, yaitu untuk meminimalisir kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh risiko-risiko yang tak terduga tersebut. Jadi, pilihan mana yang lebih cocok untuk perusahaan, semuanya tergantung pada analisis risiko dan kondisi finansial perusahaan tersebut.
Seringkali, kombinasi dari kedua strategi tersebut bisa menjadi solusi terbaik untuk manajemen risiko dalam perusahaan transportasi.