Dalam belajar membaca Al-Qur’an, kita pasti akan bertemu dengan istilah-istilah khusus. Salah satunya adalah pengetahuan tentang aturan membaca nun sukun atau tanwin. Nun sukun dan tanwin memiliki hukum bacaan tertentu yang perlu dikuasai oleh seorang muslim.
Nun sukun adalah simbol bacaan yang ditandai dengan simbol cakra diatas huruf nun, sedangkan tanwin adalah tanda baca yang berisi ‘un’, ‘in’, ‘an’ yang biasa ditempatkan di akhir kata. Kedua simbol ini memiliki aturan yang sama dalam pengejaannya.
Bunyi nun sukun atau tanwin yang masuk ke dalam huruf berikutnya tanpa disertai dengung adalah cara membaca dari hukum bacaan yang dikenal sebagai Idgham Bighunnah. Idgham sendiri memiliki arti memasukkan, dan bighunnah berarti tanpa dengung. Dengung dalam konteks ini adalah bunyi yang keluar ketika udara keluar dari hidung. Idgham Bighunnah ini berlaku jika nun sukun atau tanwin diikuti oleh huruf-huruf tertentu; yaitu: ي (ya), ن (nun), م (mim), و (waw), ل (lam), dan ر (ro).
Namun, menerapkan hukum bacaan ini tidaklah mudah. Mereka yang baru belajar seringkali merasa kesulitan. Kunci untuk menguasainya adalah dengan berlatih secara konsisten. Selain itu, memahami sistem bacaan Al-Qur’an secara menyeluruh dapat membantu kita mengasah keterampilan baca kita. Semakin kita memahami hukum-hukum tajwid dan mempraktekkannya dalam membaca Al-Qur’an, maka semakin baik pula kualitas bacaan kita.
Jadi pembaca sekalian, selalu gunakan waktu luang anda untuk belajar dan berlatih membaca Al-Qur’an. Perlahan, dengan bimbingan dan latihan, kita semua akan memahami hukum-hukum tajwid dan memperbaiki kualitas bacaan kita.
Jadi, jawabannya apa?
Hukum bacaan memasukkan bunyi nun sukun atau tanwin ke dalam huruf berikutnya tanpa disertai dengung dikenal sebagai Idgham Bighunnah. Untuk menguasainya kita perlu berlatih secara konsisten dan memahami sistem bacaan Al-Qur’an secara menyeluruh.