Konflik antara Palestina dan Israel adalah salah satu isu politik dan sosial yang paling kompleks dan lama berlarut di dunia. Pertikaian yang berlangsung selama lebih dari 70 tahun ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, seperti sejarah, agama, politik, dan hak atas tanah. Berikut ini beberapa alasan mengapa kedua belah pihak terus berperang hingga saat ini.
Sejarah dan Latar Belakang Konflik
Konflik Israel-Palestina berakar dari klaim dan aspirasi nasionalisme kedua belah pihak yang sama-sama menginginkan kedaulatan atas wilayah yang sama. Umat Yahudi menganggap daerah ini sebagai tanah kelahiran dan asal usul etnis mereka, sedangkan bangsa Palestina juga menganggap daerah tersebut sebagai milik mereka berdasarkan sejarah perjuangan dan kediaman mereka selama berabad-abad.
Konflik ini semakin memanas setelah Perang Dunia I, ketika Inggris dan Prancis – sebagai kekuatan penjajah yang memenangkan perang melawan Kesultanan Utsmaniyah – memotong wilayah Timur Tengah dalam Perjanjian Sykes-Picot (1916). Pembentukan negara Israel oleh PBB pada tahun 1947 didasari pada Resolusi 181, yang membagi wilayah Palestina menjadi dua: 55% diberikan kepada Israel, sementara 45% diperuntukkan untuk Palestina. Keputusan ini menimbulkan konfrontasi bersenjata yang tidak pernah usai hingga sekarang.
Hak Tanah dan Perbatasan
Salah satu alasan utama mengapa Palestina dan Israel berperang adalah pertentangan mengenai hak atas tanah. Perbatasan Israel yang dideklarasikan sejak berdirinya negara ini menjadi bahan kontroversi antara Israel dan negara-negara Arab, termasuk Palestina. Palestina menginginkan kemerdekaan dan pembentukan negara di wilayah yang dikuasai oleh Israel sejak perang pada tahun 1967, seperti Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
Sebaliknya, Israel ingin mengontrol wilayah yang mereka sebut sebagai Eretz Israel atau Tanah Israel – yang mencakup wilayah al-Quds (Yerusalem), Tepi Barat, dan baik daerah pendudukan maupun daerah yang dikuasai oleh Palestina. Hal ini menyebabkan konflik mengenai perbatasan yang berlarut-larut dan bahkan sering memicu peperangan antara kedua belah pihak.
Agama dan Identitas Nasional
Pentingnya wilayah Israel-Palestina bagi agama-agama utama di dunia juga menjadi alasan konflik berkepanjangan. Yerusalem, misalnya, adalah kota penting bagi tiga agama besar: Yahudi, Kristen dan Islam. Konflik ini melibatkan perjuangan umat Yahudi untuk mengamankan tempat mereka yang dianggap suci, seperti Tembok Ratapan, dan klaim Muslim untuk mempertahankan masjid al-Aqsa.
Identitas nasional juga menjadi pemicu konflik kekal ini. Bangsa Israel menganggap mereka berhak atas tanah ini untuk mewujudkan “negara Yahudi” yang aman dan sejahtera, sementara bangsa Palestina merasa teraniaya dan menginginkan pengakuan atas hak mereka untuk memiliki negara yang merdeka dan berdaulat di wilayah yang mereka klaim sebagai tanah air mereka.
Kebijakan dan Intervensi Luar Negeri
Kebijakan dan peran intervensi negara-negara lain juga mempengaruhi dan mendorong berlarutnya konflik ini. Misalnya, dukungan yang diberikan Amerika Serikat kepada Israel dan dampaknya pada kebijakan Timur Tengah di AS. Begitu juga, dukungan negara-negara Arab – khususnya Mesir, Suriah, dan Yordania – kepada Palestina dan perjuangan mereka untuk kemerdekaan.
Di sisi lain, perjanjian dan proses perdamaian seperti Kesepakatan Oslo atau inisiatif Arab Saud untuk solusi pemisahan wilayah antara Israel dan Palestina belum berhasil mencapai kesepakatan yang adil dan langgeng, karena ketidaksetujuan mengenai beberapa isu krusial, seperti pengungsi Palestina, pembentukan negara Palestina, dan status Yerusalem.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa banyak faktor yang saling terkait dalam konflik Palestina dan Israel, membuatnya sulit untuk diselesaikan. Adanya saling klaim atas tanah dan perbedaan pandangan sejarah, serta perlunya pengakuan identitas dan peran agama, konflik antara Palestina dan Israel kemungkinan akan tetap berlanjut hingga ada solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak dan menghormati hak-hak semua yang terlibat.