Kesimbangan Politik dan Ideologi
Presiden Soekarno adalah seorang pemimpin politik yang gigih dan carismatik, yang memiliki keyakinan besar dalam protokol permusuhan terhadap Malaysia. Konfrontasi ini, dilakukan dengan tujuan penting dan struktural, bukanlah sekedar ekspresi antagonisme, melainkan respons terhadap pergeseran keseimbangan politik dan ideologi di Asia Tenggara pasca penjajahan.
Formasi Malaysia
Sebagai latar belakang, Malaysia dibentuk pada tahun 1963 melalui penggabungan Malaya, Sabah dan Sarawak. Ini dipandang oleh Soekarno sebagai upaya kolonialisme Inggris untuk memperkuat pengaruhnya di wilayah tersebut. Formasi negara ini dilihat sebagai ancaman bagi kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Taktik Anti-Koloni
Jelas bahwa Soekarno menganggap konfrontasi ini sebagai metode untuk menghadapi apa yang dia lihat sebagai upaya pihak Inggris untuk menciptakan “neo-kolonialisme” melalui formasi Malaysia baru. Soekarno melihat konfrontasi ini sebagai bagian dari perjuangannya melawan kolonialisme dan imperialisme dalam konteks perang dingin antara Barat dan Timur di era itu.
Pemberdayaan Rakyat
Tidak hanya sebagai bentuk perlawanan terhadap imperialisme, konfrontasi ini juga dianggap sebagai cara untuk membangkitkan dan mempererat semangat nasionalisme dan persatuan rakyat Indonesia. Soekarno mencoba menyalakan api semangat nasionalisme dengan mengobarkan semangat konfrontasi terhadap Malaysia.
Diplomasi dan Strategi
Konfrontasi ini juga menjadi bagian dari strategi Soekarno dalam diplomasi internasional. Menciptakan perlawanan terhadap Malaysia dan Inggris dapat memperkuat posisi Indonesia di arena internasional, memperjuangkan hak-hak negara berkembang dalam menghadapi dominasi negara-negara besar.
Jadi, jawabannya apa? Keputusan Presiden Soekarno untuk mengobarkan semangat konfrontasi terhadap Malaysia berdasarkan berbagai alasan penting: menentang bentuk neo-kolonialisme yang dianggapnya ada dalam formasi Malaysia, membangkitkan semangat nasionalisme dan persatuan, serta memanfaatkan strategi diplomasi internasional. Sejauh ini, konfrontasi ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah politik dan diplomatik Indonesia.
