Diskusi

Mengapa Usulan Perubahan Tujuh Kata dalam Sila Pertama Piagam Jakarta Begitu Mudah Dilakukan oleh Para Pendiri Bangsa?

46
×

Mengapa Usulan Perubahan Tujuh Kata dalam Sila Pertama Piagam Jakarta Begitu Mudah Dilakukan oleh Para Pendiri Bangsa?

Sebarkan artikel ini
Mengapa Usulan Perubahan Tujuh Kata dalam Sila Pertama Piagam Jakarta Begitu Mudah Dilakukan oleh Para Pendiri Bangsa?

Usulan perubahan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta menjadi topik yang cukup kontroversial dan menebar pertanyaan tentang mengapa perubahan itu relatif mudah dilakukan oleh para pendiri bangsa. Untuk mengerti hal ini, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa itu Piagam Jakarta dan perubahan tujuh kata tersebut serta alasan di balik perubahan tersebut.

Piagam Jakarta merupakan naskah yang dibuat oleh tim Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang berfungsi sebagai draf naskah proklamasi dan pedoman dasar negara Republik Indonesia. Draf pertama naskah ini dibuat oleh Mr. Muhammad Yamin. Piagam Jakarta terdiri dari lima sila yang kemudian menjadi dasar dalam penyusunan Pancasila sebagai dasar negara.

Perubahan tujuh kata yang kita maksud terkait dengan sila pertama yang semula berbunyi:

“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”

Perubahan dilakukan oleh beberapa tokoh, terutama Soekarno, sehingga menjadi:

“Ketuhanan Yang Maha Esa”

Sebagai dasar perubahan ini, ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa perubahan tersebut begitu mudah dilakukan oleh para pendiri bangsa:

  1. Kesepakatan bersama: Para pendiri bangsa pada saat itu terdiri dari pemikiran dan keyakinan yang beragam, tidak hanya Islam, tapi juga pemeluk agama lain dan mereka yang berpaham nasionalis. Oleh karena itu, perubahan ini didasarkan pada kesepakatan bersama untuk menciptakan dasar negara yang inklusif dan diterima oleh semua pihak.
  2. Mempertimbangkan kebhinekaan Indonesia: Negara Indonesia sangat beragam baik dari segi budaya, etnis, dan agama. Perubahan ini dilakukan untuk menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang mengakui dan menghormati kebhinekaan tersebut, serta menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan.
  3. Pemikiran Soekarno yang inklusif: Presiden Soekarno sendiri memiliki pemikiran yang inklusif dan ingin mewujudkan prinsip-prinsip negara yang rasa kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Perubahan tujuh kata tersebut mencerminkan pemikiran inklusif tersebut dengan menghindari preferensi kepada satu agama tertentu.
  4. Kondisi politik saat itu: Di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang masih belum sepenuhnya stabil, menjaga keutuhan bangsa dan mewujudkan persatuan menjadi prioritas utama. Perubahan ini juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pendiri bangsa untuk menciptakan stabilitas politik dan mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dalam menghadapi tantangan bangsa.

Dari semua alasan tersebut, perubahan tujuh kata pada sila pertama Piagam Jakarta sebenarnya menjadi suatu keputusan logis dan strategis bagi para pendiri bangsa. Perubahan tersebut memperkuat semangat persatuan dan menjadi salah satu fondasi penting dalam membangun negara yang inklusif, toleran, dan menghargai pluralitas Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *