Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembangunan sumber daya manusia. Sarana dan prasarana pendidikan, termasuk sekolah, adalah unsur penting yang mendukung proses pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, merusak sarana sekolah bukan hanya merusak suatu bangunan fisik, tetapi juga merusak pilar pembangunan bangsa. Perbuatan ini sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, ideologi negara Indonesia, khususnya Sila.
Menafsirkan Pancasila
Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia yang mencakup lima prinsip dasar yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Merusak Sarana Sekolah dan Sila dalam Pancasila
Sila dalam konteks artikel ini adalah sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Untuk Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, merusak sarana sekolah dapat dipandang sebagai perbuatan yang tidak beradab dan tidak adil karena merusak fasilitas yang digunakan bersama untuk kepentingan masyarakat luas. Fasilitas pendidikan adalah hak semua warga negara, dan merusaknya berarti menafikan hak tersebut.
Sedangkan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan berarti bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat dan dijalankan berdasarkan musyawarah untuk mencapai kebaikan bersama. Merusak sarana sekolah bukanlah bentuk hikmat atau kebijaksanaan dan tentunya tidak mencerminkan hasil musyawarah.
Penutup
Merusak sarana sekolah bukan hanya berdampak negatif pada proses belajar mengajar, tetapi juga mencerminkan sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus bisa menjaga dan merawat fasilitas yang disediakan untuk kebaikan bersama. Memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah cara terbaik untuk menjaga keharmonisan dan maju bersama sebagai bangsa.
