Market

Nilai-Nilai Pancasila yang Dijadikan Sebagai Objek yang Dicari Landasan Filosofisnya Berdasarkan Pendekatan Substansialistik Filsafat Aristoteles Merupakan Hakikat

36
×

Nilai-Nilai Pancasila yang Dijadikan Sebagai Objek yang Dicari Landasan Filosofisnya Berdasarkan Pendekatan Substansialistik Filsafat Aristoteles Merupakan Hakikat

Sebarkan artikel ini
Nilai-Nilai Pancasila yang Dijadikan Sebagai Objek yang Dicari Landasan Filosofisnya Berdasarkan Pendekatan Substansialistik Filsafat Aristoteles Merupakan Hakikat

Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang mencerminkan jiwa dan semangat bangsa Indonesia. Pancasila yang berarti lima prinsip menjadi landasan dasar bagi setiap aktivitas kenegaraan, budaya, dan sosial masyarakat Indonesia. Banyak ahli yang mencari dasar filosofis dari Pancasila, dan salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan substansialistik filsafat Aristoteles.

Aristoteles, seorang filsuf terkemuka dari Yunani kuno, memiliki pandangan substansialistik dalam memandang segala sesuatu. Pendekatan ini mencari substansi atau hakikat dari sesuatu. Dalam konteks Pancasila, pendekatan substansialistik filsafat Aristoteles mencari hakikat atau substansi dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pertama, sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki hakikat bahwa manusia Indonesia percaya dan taat pada tuhan yang maha satu. Ke-Esaan tuhan ini menjadi landasan yang fundamental dan menjadi penjelas atas eksistensi manusia serta alam semesta. Dalam konteks filsafat Aristoteles, substansi dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah hukum-hukum alam semesta yang serba ada dan abadi.

Kedua, sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab berkorespondensi dengan pandangan Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial dan politik. Dalam pandangan substansialistik, hakikat dari sila ini adalah pengakuan dan penghargaan terhadap kebebasan serta hak-hak asasi manusia sebagai makhluk sosial.

Ketiga, substansi dari sila Persatuan Indonesia adalah eksistensi kesatuan dan keberagaman bangsa Indonesia. Aristoteles dalam pendekatannya melihat bahwa dalam keberagaman terdapat kesatuan, dan kesatuan itu merujuk pada hakikat bahwa bangsa Indonesia bersatu dalam satu ikatan yang kokoh.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan mencerminkan hakikat demokrasi dalam pemimpin yang bijaksana dan kebijakan yang berasal dari suara rakyat. Hal ini berkaitan erat dengan pandangan Aristoteles tentang demokrasi yang ideal.

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung substansi tentang prinsip-prinsip keadilan yang menjadi fondasi pembangunan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Menurut pendekatan substansialistik, hakikat dari sila ini adalah distribusi kekayaan dan sumber daya secara adil dan merata.

Jadi, menurut pendekatan substansialistik filsafat Aristoteles, nilai-nilai Pancasila mencerminkan hakikat dari nilai-nilai kehidupan manusia, baik dari aspek religius, sosial, politik, maupun ekonomi. Pendekatan ini membantu kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah bahwa nilai-nilai Pancasila adalah manifestasi dari hakikat kehidupan manusia yang tercermin dalam aspek-aspek penting kehidupan seperti religius, sosial, politik, dan ekonomi. Dan pendekatan substansialistik filsafat Aristoteles membantu kita dalam memahami dan menghargai nilai-nilai tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *