Novel karya Armijn Pane banyak memfokuskan pada kelamnya sejarah Indonesia yang menggambarkan bagaimana kerasnya kehidupan segelintir manusia di zaman penjajahan. Ada banyak perjuangan dan konflik yang dihadapi oleh masyarakat pada masa tersebut yang tercermin jelas dalam karya-karya Armijn Pane.
Novel ini pernah ditolak oleh Balai Pustaka, institusi penerbitan sastra Indonesia yang sangat berpengaruh pada waktu itu. Penolakan ini menuai banyak perdebatan, ramai dipuji dan dicela. Banyak kritik dan puji-puji mengalir dari berbagai penjuru, tetapi Armijn Pane tidak pernah goyah. Ia terus mempertahankan ide dan pendapatnya yang dituangkan dalam novelnya.
Akhirnya, novel ini dapat diterima dan menjadi salah satu novel klasik Indonesia yang diyakini oleh banyak orang terpelajar di Indonesia. Walaupun demikian, novel ini tetap mudah dipahami dan komunikatif untuk ukuran masa itu. Armijn Pane menggunakan bahasa yang terpelihara dan elegan untuk menggambarkan kisah dalam bukunya.
Di dalam novelnya, Armijn berkisah tentang tokoh-tokoh yang terperangkap dalam masalah kejiwaan dalam rumah tangga. Menggambarkan realitas kehidupan yang keras dan pengaruhnya terhadap psikologis individu. Hal tersebut membuat pembaca merasa terhubung dengan cerita dan tokoh-tokoh di dalam novel ini.
Jadi, jawabannya apa?
Frasa yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah “tenang dan mendalam”. Dengan frasa tersebut, kita dapat melihat bagaimana Armijn Pane mampu menggambarkan suasana kehidupan zaman penjajahan yang penuh dengan tekanan dan konflik dalam sebuah cerita yang tenang dan mendalam. Kesederhanaan dalam penggambaran situasi dan penokohan, membuat kisah dalam novel ini menjadi begitu kuat dan menyentuh hati pembaca.