Diskusi

Orang Yang Kehabisan Bekal Dalam Perjalanan dan Perjalanan Yang Dilakukan Itu Bukan Maksiat, Seperti Menuntut Ilmu, Berdakwah dan Silaturrahim, Orang Inipun Berhak Menerima Zakat. Golongan Ini Disebut…

43
×

Orang Yang Kehabisan Bekal Dalam Perjalanan dan Perjalanan Yang Dilakukan Itu Bukan Maksiat, Seperti Menuntut Ilmu, Berdakwah dan Silaturrahim, Orang Inipun Berhak Menerima Zakat. Golongan Ini Disebut…

Sebarkan artikel ini
Orang Yang Kehabisan Bekal Dalam Perjalanan dan Perjalanan Yang Dilakukan Itu Bukan Maksiat, Seperti Menuntut Ilmu, Berdakwah dan Silaturrahim, Orang Inipun Berhak Menerima Zakat. Golongan Ini Disebut…

…Ibnu Sabil, istilah yang berasal dari Bahasa Arab yang digunakan dalam konteks zakat yang berarti ‘pengembara di jalan’. Mereka adalah individu yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan tujuan perjalanannya adalah dalam rangka kegiatan yang tidak melanggar syariat seperti menuntut ilmu, berdakwah, atau silaturrahim.

Penjelasan Mengenai Ibnu Sabil

Dalam terminologi zakat, ‘Ibnu Sabil’ merujuk pada seseorang yang sedang dalam perjalanan jauh dan kehabisan bekal atau sumber pendanaan, meskipun dia memiliki harta atau properti di tempat asalnya. Dalam kondisi seperti ini, mereka berhak menjadi penerima zakat meskipun mereka bukan termasuk golongan miskin atau fakir secara umum.

Perjalanan yang dilakukan oleh Ibnu Sabil bukan dalam rangka maksiat. Sebaliknya, perjalanan tersebut biasanya dilakukan untuk tujuan yang mulia dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti menuntut ilmu, berdakwah atau menjalin hubungan silaturrahim dengan keluarga atau teman.

Relevansi Ibnu Sabil dalam Zakat

Zakat adalah salah satu dari lima Rukun Islam, yang merupakan ibadah dalam bentuk memberikan sebagian harta kepada mereka yang membutuhkan. Golongan penerima zakat telah ditentukan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60, dan salah satunya adalah Ibnu Sabil.

Memberikan zakat kepada Ibnu Sabil tidak hanya membantu mereka melewati kesulitan sementara, tetapi juga meneguhkan prinsip persaudaraan dan solidaritas dalam komunitas Islam. Namun, penerimaan zakat ini bersifat sementara, hanya sampai mereka dapat melanjutkan perjalanan mereka atau kembali ke tempat asal mereka.

Kesimpulan

Dalam konteks zakat, Ibnu Sabil merupakan golongan yang berhak menerima zakat karena didasarkan pada kondisi tertentu. Mereka bukanlah miskin atau fakir dalam arti umum, tetapi adalah individu yang sedang dalam perjalanan dan kehabisan bekal. Selama tujuan perjalanan mereka sesuai dengan ajaran Islam—seperti menuntut ilmu, berdakwah, atau silaturrahim—mereka menjadi berhak untuk menerima zakat. Dengan memberikan zakat kepada Ibnu Sabil, tidak hanya diwujudkan rasa kebersamaan dalam komunitas muslim, tetapi juga melanjutkan rangkaian ibadah zakat sesuai ajaran Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *