Pada dasarnya, tekanan uap adalah tekanan yang dialami oleh partikel-partikel fase gas dari suatu zat jika zat tersebut dalam keadaan jenuh. Proses ini dapat terjadi pada semua tingkat temperatur selama masih ada molekul yang cukup untuk menjadi bagian dari fase gas.
Ketika kita menambahkan zat terlarut yang sukar menguap ke dalam pelarut, keseimbangan antara pelarut dan zat terlarut akan terdistorsi. Mengapa ini terjadi? Alasannya sederhana: zat terlarut yang sukar menguap mendistorsi permukaan cairan sehingga mengurangi jumlah molekul pelarut yang bisa menguap. Akibatnya, tekanan uap dari pelarut tersebut turun.
Hal ini mengacu ke pada konsep dasar dalam kimia fisik yang dikenal sebagai “Hukum Raoult”, yang menyatakan bahwa tekanan uap dari pelarut murni pada solusi ideal berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut di dalam solusi tersebut. Menurut hukum ini, jika kita menambahkan zat terlarut yang sukar menguap ke pelarut, maka tekanan uap pelarut itu akan berkurang sebanding dengan penambahan konsentrasi zat terlarut tersebut.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa prinsip ini hanya berlaku untuk solusi ideal – yaitu, solusi di mana interaksi antara molekul pelarut dan molekul zat terlarut sama dengan interaksi antara molekul pelarut dengan pelarut itu sendiri dan zat terlarut dengan zat terlarut itu sendiri.
Dalam banyak kasus, solusi nyata mungkin tidak berperilaku seperti solusi ideal, dan tekanan uap mungkin tidak berubah persis sebanding dengan penambahan zat terlarut. Meski begitu, dalam banyak kasus, kita masih akan melihat penurunan tekanan uap dengan penambahan zat terlarut yang sukar menguap.
Jadi, jawabannya apa? Tekanan uap dari pelarut akan menurun ketika kita menambahkan zat terlarut yang sukar menguap. Hal ini disebabkan oleh distorsi permukaan cairan oleh zat terlarut, yang mengurangi jumlah molekul pelarut yang bisa menguap dan mengikuti hukum Raoult.
