Jakarta – Ketika masa jabatan presiden berakhir, siapa saja yang menjabat posisi ini mendapatkan hadiah rumah pensiun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014. Hadiah ini juga mencakup mantan Wakil Presiden. Dalam kebijakan ini, ada persyaratan rinci tentang anggaran dan spesifikasi rumah, dengan pertimbangan kenyamanan dan keamanan. Namun, bagaimana para mantan Presiden RI memilih menggunakan hadiah ini berbeda-beda.
Presiden keenam RI, Joko Widodo (Jokowi), berencana menikmati masa pensiunnya di Solo, kota asalnya, setelah masa jabatannya berakhir pada 2024. Jokowi sudah memilih lokasi untuk rumah pensiunnnya, yaitu di Desa Gajahan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Rumah ini, yang dibangun di lahan seluas 3.000 meter persegi, sedang dalam proses konstruksi.
Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), memutuskan mengambil uang tunai dari hadiah rumah pensiun tersebut. Meski demikian, pemerintah tetap memberikan lahan seluas 2.000 meter persegi di Mega Kuningan. Lahan tersebut tidak pernah dibangun bangunan apapun. Sebenarnya, Gus Dur memutuskan untuk menjual lahan tersebut dan menggunakan uangnya untuk membangun Pusat Studi Islam Asia Tenggara di Ciganjur.
Megawati Soekarnoputri, putri dari Presiden Pertama RI, Soekarno, dan presiden kelima berikutnya, menerima hadiah rumah negara setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 2004. Megawati memilih merubah rumah dinasnya yang berlokasi di Jalan Teuku Umar No 27 dan 29, Menteng, Jakarta Pusat menjadi hadiah rumah pensiunnya.
Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menerima hadiah rumah pensiun dari negara yang berlokasi di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Setiabudi, Jakarta Selatan, setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 2014. Rumah tersebut, yang dibangun di lahan seluas kurang dari 1.500 meter persegi dibangun rumah mewah berlantai dua dilengkapi lift. Tempat ini terletak tepat di belakang kantor Kedutaan Besar Qatar untuk Indonesia.
Hadiah rumah pensiun ini adalah salah satu caranya negara memanjakan mantan pemimpinnya, tetapi cara mereka menerima hadiah ini bervariasi. Ini menjadi cerita unik dalam sejarah Indonesia tentang bagaimana para pemimpin negara memanfaatkan hadiah pensiun mereka.