Pembangkit listrik tradisional selalu mengandalkan sumber daya alam seperti batu bara, minyak, dan gas alam sebagai sumber bahan bakar utama. Namun, sumber daya tersebut semakin menipis dan tidak dapat diperbarui. Selain itu, penggunaannya juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti polusi udara dan pemanasan global. Dalam menanggapi permasalahan ini, peneliti dunia mulai mencari alternatif lain dalam membangkitkan listrik, yaitu menggunakan sumber energi yang tidak berasal dari bumi.
Berikut ini adalah beberapa pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi yang tidak berasal dari bumi:
1. Energi Matahari
Energi matahari adalah alternatif yang paling populer dalam membangkitkan listrik. Energi ini dikumpulkan menggunakan panel surya yang dipasang di atas permukaan tanah. Panel surya berfungsi untuk menangkap sinar matahari dan kemudian mengubahnya menjadi energi listrik.
2. Energi Angin
Energi angin dapat disegarkan melalui turbin angin yang akan berotasi saat terkena hembusan angin. Rotasi ini kemudian dikonversi menjadi energi mekanik dan selanjutnya menjadi energi listrik. Pembangkit listrik tenaga angin biasanya ditempatkan di area yang memiliki kecepatan angin yang tinggi seperti di pantai atau di puncak gunung.
3. Energi Air
Energi air dihasilkan dari aliran air yang bergerak. Ini biasanya melibatkan instalasi Bendungan atau Turbin Air. Energi potensial dari air yang jatuh atau mengalir akan dikonversi menjadi energi mekanik dan kemudian menjadi energi listrik.
4. Energi Nuklir
Meskipun sumber daya yang digunakan (uranium, plutonium) berasal dari bumi, proses dalam pembangkit listrik tenaga nuklir menggunakan prinsip fisika nuklir, yakni perubahan inti atom yang tidak sepenuhnya berasal dari alam bumi. Atom-atom ini kemudian rusak dan melepaskan energi dalam bentuk panas dan radiasi.
Jadi, beberapa pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi yang tidak berasal dari bumi di atas menunjukkan bahwa manusia telah mulai beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Meskipun memerlukan biaya investasi awal yang cukup besar, namun biaya operasional jangka panjangnya bisa lebih hemat dan efisien. Selain itu, ini juga menjadi langkah konkrit dalam upaya penanggulangan pemanasan global.