Budaya

Rekrutmen Pengurus OSIS di Sebuah Sekolah Tidak Dilakukan Secara Terbuka dan Siswa yang Lain Tidak Diberi Kesempatan Berpartisipasi Mengikuti Kegiatan Tersebut: Kasus tersebut Merupakan Bentuk Pelanggaran Aktualisasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Bidang …

103
×

Rekrutmen Pengurus OSIS di Sebuah Sekolah Tidak Dilakukan Secara Terbuka dan Siswa yang Lain Tidak Diberi Kesempatan Berpartisipasi Mengikuti Kegiatan Tersebut: Kasus tersebut Merupakan Bentuk Pelanggaran Aktualisasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Bidang …

Sebarkan artikel ini
Rekrutmen Pengurus OSIS di Sebuah Sekolah Tidak Dilakukan Secara Terbuka dan Siswa yang Lain Tidak Diberi Kesempatan Berpartisipasi Mengikuti Kegiatan Tersebut: Kasus tersebut Merupakan Bentuk Pelanggaran Aktualisasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Bidang …

OSIS atau Organisasi Siswa Intra Sekolah adalah lembaga tertinggi yang mewakili siswa di sekolah. Salah satu aspek penting dari OSIS adalah rekrutmen pengurus yang idealnya dilakukan secara terbuka dan transparan. Akan tetapi, jika sebuah sekolah melakukan rekrutmen OSIS secara tertutup dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk berpartisipasi, hal itu bukanlah penerapan yang tepat. Praktek semacam ini bahkan dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, semboyan nasional Indonesia yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Konteks Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Semboyan ini mencerminkan komitmen bangsa Indonesia terhadap upaya untuk mewujudkan keragaman yang harmonis dan bersatu. Semboyan ini juga adalah gambaran dari demokrasi yang merangkul keanekaragaman pengetahuan, pengalaman, dan latar belakang.

Kasus Rekrutmen OSIS yang Tertutup

Rekrutmen OSIS yang tertutup dan tidak memberi kesempatan bagi siswa lain untuk berpartisipasi menciptakan suasana yang tidak sehat dalam lingkungan sekolah. Pengabaian terhadap paradigma Bhinneka Tunggal Ika dalam proses ini menjadi suatu tindakan yang kurang adil dan dapat menimbulkan konflik.

Alih-alih melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang memiliki jiwa demokrasi, situasi ini justru berpotensi mengajarkan nilai-nilai ekstrimisme, eksklusivisme, dan ketidaksetaraan. Ini tidak sesuai dengan visi Bhinneka Tunggal Ika yang berupaya menciptakan generasi muda Indonesia yang menghargai pluralitas dan demokrasi.

Implikasi

Rekrutmen OSIS yang tertutup dapat berakibat pada teredamnya bakat dan potensi siswa lain yang tidak diberikan kesempatan. Alhasil, upaya untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika dalam bidang pendidikan jadi terhambat. Dampaknya tidak hanya terbatas pada lingkup sekolah, tetapi juga pada masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

Solusi

Untuk menghormati prinsip Bhinneka Tunggal Ika, sekolah perlu mengubah sistem rekrutmen OSIS. Proses rekrutmen harus dilakukan secara terbuka dan inklusif, mengakomodasi berbagai aspirasi dan talenta siswa. Di samping itu, sekolah juga perlu melibatkan seluruh stakeholder sekolah dalam proses ini agar dapat lebih mendorong partisipasi dan demokrasi.

Para pendidik juga memiliki peran penting dalam membimbing siswa untuk memahami dan menghargai keragaman. Mereka perlu memfasilitasi dialog dan diskusi yang konstruktif di antara siswa, dan mempromosikan pentingnya pluralitas dan toleransi.

Kesimpulan

Pelaksanaan rekrutmen OSIS yang tertutup dan eksklusif bukanlah refleksi dari Bhinneka Tunggal Ika. Mewujudkan semboyan tersebut dalam bidang pendidikan berarti memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk berperan dalam aktivitas sekolah, termasuk dalam proses rekutmen pengurus OSIS. Dengan upaya bersama, kesetaraan dan keberagaman dapat diaktualisasi di ruang sekolah, dan tunas-tunas pemimpin masa depan Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dalam nuansa demokrasi dan pluralitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *