Jakarta – Rupiah berada di kisaran Rp 15.730 – Rp 15.690 per dolar AS pada perdagangan 11 Oktober 2023. Sebagai mata uang yang melemah dalam 5 bulan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memiliki dampak yang cukup signifikan bagi ekonomi Indonesia dan kesejahteraan masyarakatnya.
Menurut beberapa ekonom, nilai tukar rupiah ini dikhawatirkan akan mempengaruhi daya beli dan konsumsi masyarakat di Indonesia, terutama karena imported inflation atau kenaikan harga barang impor, seperti BBM dan pangan.
Banjaran Surya Indrastomo, Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia, menyebut dua komoditas impor utama yang penting bagi warga Indonesia: minyak mentah atau petroleum sebagai bahan baku BBM dan beras. Menurutnya, kenaikan harga kedua komoditas ini berpotensi menekan inflasi, sementara kebutuhan impor beras sedang tinggi karena produksi nasional berkurang.
“Terdapat tekanan dari harga barang impor dua komoditas utama Indonesia, yaitu minyak mentah dan harga beras yang berpotensi menekan inflasi.” – Banjaran Surya Indrastomo
Industri yang bergantung pada bahan baku impor juga akan merasa kesulitan. Ekonom sebut industri farmasi, petrokimia, makanan dan minuman, serta tekstil akan terkena dampak negatif dari perubahan nilai tukar rupiah ini.
Sebagai mantan Menteri Keuangan, M. Chatib Basri menyerukan kepada pemerintah untuk meningkatkan kecepatan belanja dan mempersiapkan langkah cepat, termasuk menyediakan subsidi pada kelompok rentan apabila harga beras terus melambung. Selain itu, ia juga menyarankan perluasan cakupan program seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), dan perlindungan sosial.
“Prioritas fiskal menjadi sangat penting. Belanja pemerintah perlu diarahkan untuk membantu kelompok menengah bawah dan rentan.” – M. Chatib Basri
