Mukaddimah:
Setiap umat manusia, jauh sebelum mereka dilahirkan di dunia ini, telah berhadapan dengan Maha Pencipta di alam rahim. Dalam pertemuan maha suci tersebut, setiap diri telah menyampaikan janji setia, sebuah janji yang dikenal dalam Islam sebagai “Ahd Alastu”. Janji ini menjadi salah satu konsep pokok dalam ajaran Islam.
Ahd Alastu (Perjanjian Alastu)
Ahd Alastu adalah perjanjian antara Tuhan dan semua jiwa yang akan diciptakan-Nya. Dasar konsep ini diambil dari QS Al-A’raaf: 172, yang artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa-jiwa mereka (seraya berkata): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”.
Dalam peristiwa ini, semua jiwa telah mengikrarkan janji setia, mengkonfirmasi keesaan Allah SWT, dan mengakui Allah sebagai Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki “Fitrah” untuk mengakui dan menyembah Allah SWT.
Implikasi dari Janji Alastu
Waktu dan tempat berlangsungnya janji tersebut tidak mungkin dilacak oleh pikiran manusia, kecuali melalui wahyu yang Allah SWT berikan kepada rasul-Nya. Namun, implikasi dari janji tersebut sangatlah jelas dan mendalam.
- Tanggung Jawab Moral: Janji Alastu menetapkan dasar bagi tanggung jawab moral manusia. Kita semua memiliki kewajiban sama lama dalam mengakui keesaan Allah dan memenuhi hak-hak Allah, terhadap diri kita sendiri, dan terhadap semua ciptaan Allah.
- Pengenal bagi Kehidupan: Janji ini memberikan pemahaman bahwa kehidupan tidak dimulai saat dilahirkan dan tidak berakhir saat meninggal, melainkan merupakan rangkaian dari perjalanan yang jauh lebih panjang dan kompleks. Ini membantu setiap individu untuk melihat hidup sebagai suatu perjalanan spiritual.
- Penguatan Iman: Kepercayaan pada janji Alastu memberikan kedalaman pada iman seseorang. Ia menegaskan bahwa semua manusia pada dasarnya memiliki fitrah yang mengakui adanya Tuhan. Maka, siapapun yang menolak keesaan Allah, pada dasarnya menyimpang dari fitrah dan merusak janji Alastu.
Dalam ringkasan, setiap diri sudah menyampaikan janji setia kepada Allah SWT di alam rahim. Janji tersebut membentuk dasar bagi tanggung jawab moral, pemahaman hidup, dan iman kita. Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, marilah kita kembalikan diri kita kepada janji suci tersebut dan berusahalah untuk terus menerapkan makna dan implikasi dari janji tersebut dalam setiap aspek kehidupan kita.