Kisah yang sangat emosional dan mendalam ini bermula di malam yang tenang. Di saat Rasulullah SAW. bersama putri favoritnya, istri dan sahabat terdekatnya, Aisyah RA., mereka menikmati keheningan malam. Kehadiran beliau dan keistimewaan pada malam itu menandakan keunikan dan keistimewaan malam tersebut.
Rasulullah SAW. pada malam itu meminta izin kepada Aisyah RA. untuk beribadah. Aisyah RA., yang selalu setia dan mengerti, memberikan izin tersebut. Bagaimana dengan hatinya? Hanya Allah dan Aisyah RA. yang tahu.
Rasulullah SAW. mulai beribadah, berdoa dan bertadarus tanpa henti. Dalam ibadahnya, beliau menangis tersedu-sedu. Jelas bahwa Rasulullah SAW. sedang dalam penghambaan dan perenungan ayat yang sangat dalam. Beliau menangis sampai menjelang subuh, lama sekali menangis, mencurahkan seluruh rasa kagum, rasa takut, dan cinta kepada Sang Pencipta.
Adapun ayat-ayat yang dibaca oleh Rasulullah pada malam itu tidak diketahui secara pasti. Ayat apa pun yang dibaca Rasulullah tentunya merupakan kalimat-kalimat Allah, berasal dari Al-Qur’an yang suci, yang selalu memberikan hikmah, petunjuk, dan ilmu yang mendalam.
Kisah ini memberikan kita berbagai pelajaran mendalam tentang karakter dan spiritualitas Rasulullah SAW. Yakni, tentang kesalehan dan ketakwaan Rasulullah serta intensitas dan keintiman beribadahnya di hadapan Allah.
Beliau menunjukkan apa itu ketaatan dan ketakwaan sejati, serta bagaimana seorang mu’min seharusnya berinteraksi dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya berdoa dan beribadah dalam keheningan malam, tentang cinta dan penghormatan yang dalam kepada Allah, dan tentang kedalaman emosi dan spiritualitas Rasulullah SAW.
Inilah antara lain yang menunjukkan betapa mengesankannya figura Rasulullah SAW. sebagai seorang hamba Allah yang amat takwa dan penuh dengan kejernihan hati dan kebersihan jiwa. Ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana beribadah dengan keikhlasan dan pengertian yang sungguh-sungguh yang niscaya akan membawa kita mendekat kepada Allah.