Setiap individu memiliki cara sendiri untuk merasakan dan menghadapi stress. Beberapa orang mungkin merasa gugup, sedangkan yang lain mungkin merasa bersemangat. Dalam konteks pendidikan, ini semakin rumit karena ditambah dengan peran dan tanggung jawab guru. Bagaimana sebenarnya perasaan ibu dan bapak guru saat mereka, sebagai murid dahulu, mengerjakan ujian atau ulangan?
Menyusuri Jalan Ingatan
Sebelum menjadi guru, mereka adalah siswa. Sama seperti murid di era sekarang, mereka juga mungkin telah merasakan berbagai jenis stress ujian yang berbeda saat mengerjakan ujian atau ulangan.
Sebagian besar guru telah melalui ujian pada tahap yang sama dengan murid-murid mereka. Mengingat kembali pengalaman ini, mereka mungkin merasa empati terhadap apa yang dirasakan oleh murid-murid mereka. Ketegangan, kegembiraan, rasa takut gagal, dan keinginan untuk sukses – semua ini adalah emosi yang mungkin dirasakan oleh guru saat menjalani ujian di masa sekolah mereka.
Emosi dan Perasaan Guru
Saat menghadapi ujian atau ulangan, guru mungkin merasakan campuran emosi. Di satu sisi, mereka bisa merasa gugup. Mereka mungkin merasa tertekan untuk melampaui harapan dan standar yang ditetapkan oleh mereka sendiri, orang tua mereka, dan masyarakat. Mereka juga mungkin merasa takut gagal, berpikir bahwa hasil ujian atau ulangan tersebut akan menentukan masa depan mereka.
Sebaliknya, mereka juga bisa merasakan rasa antusias dan bersemangat. Ujian atau ulangan adalah kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dan sejauh mana mereka telah maju dalam pendidikan mereka. Selain itu, hasil yang baik dapat menjadi konfirmasi atas kerja keras dan upaya yang telah mereka lakukan.
Kontribusi Pengalaman Terhadap Fungsi Sebagai Guru
Pengalaman sebagai murid yang dulu menghadapi ujian atau ulangan ini berkontribusi signifikan dalam memahami dan merasakan apa yang dilalui oleh murid-murid mereka. Pengalaman langsung ini memungkinkan mereka untuk lebih memahami perspektif murid, merasakan kegelisahan mereka, dan berusaha memberikan dukungan yang dibutuhkan.
Dengan pengalaman mereka, guru dapat merancang dan menjalankan ujian dengan cara yang lebih empatik. Mereka menjadi lebih paham bagaimana perasaan murid-muridnya dan apa yang dapat dilakukan untuk meredam tekanan, sambil tetap menjaga integritas dan efektivitas ujian.
Jadi, jawabannya apa? Saat menjadi murid dahulu, perasaan ibu dan bapak guru saat mengerjakan ujian atau ulangan bervariasi, tergantung pada tipe individunya. Tidak peduli bagaimanapun juga, pengalaman mereka telah membantu mereka menjadi guru yang lebih baik – lebih paham, lebih empatik, dan lebih siap untuk membantu murid-murid mereka menjalani tantangan yang sama.