Paket

Salah Satu Tujuan Supervisi Akademik adalah untuk Mengembangkan Kompetensi Guru Agar Dapat Melakukan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Untuk Dapat Melakukan Itu, Diperlukan Paradigma Berpikir Bertumbuh dan Keberpihakkan pada Murid yang Memberdayakan. Coaching Menjadi Sebuah Pendekatan yang Memberdayakan, Karena Diawali dengan Paradigma Berpikir Coaching. Berikut ini Yang Bukan Merupakan Paradigma Berpikir Coaching adalah…

48
×

Salah Satu Tujuan Supervisi Akademik adalah untuk Mengembangkan Kompetensi Guru Agar Dapat Melakukan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Untuk Dapat Melakukan Itu, Diperlukan Paradigma Berpikir Bertumbuh dan Keberpihakkan pada Murid yang Memberdayakan. Coaching Menjadi Sebuah Pendekatan yang Memberdayakan, Karena Diawali dengan Paradigma Berpikir Coaching. Berikut ini Yang Bukan Merupakan Paradigma Berpikir Coaching adalah…

Sebarkan artikel ini
Salah Satu Tujuan Supervisi Akademik adalah untuk Mengembangkan Kompetensi Guru Agar Dapat Melakukan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Untuk Dapat Melakukan Itu, Diperlukan Paradigma Berpikir Bertumbuh dan Keberpihakkan pada Murid yang Memberdayakan. Coaching Menjadi Sebuah Pendekatan yang Memberdayakan, Karena Diawali dengan Paradigma Berpikir Coaching. Berikut ini Yang Bukan Merupakan Paradigma Berpikir Coaching adalah…

Saat ini, pendidikan tidak semata berkutat pada pemahaman materi, melainkan juga fokus pada pengembangan kualitas dan kompetensi guru. Salah satunya adalah melalui supervisi akademik. Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak kepada murid.

Salah satu paradigma yang paling efektif dalam mengembangkan kompetensi guru adalah pendekatan coaching. Pada esensinya, coaching adalah proses bimbingan dan pendampingan yang berpusat pada individu (coachee), dalam hal ini adalah guru, untuk mencapai tujuannya.

Paradigma berpikir coaching membangun sikap menghargai setiap individu dengan memandang mereka sebagai pribadi yang punya potensi, bukan sebagai objek yang harus diubah. Pendekatan ini secara signifikan menciptakan lingkungan belajar yang berpihak kepada murid, dimana pendidik dapat mengidentifikasi dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap murid.

Akan tetapi, terdapat beberapa anggapan yang kerap kali disalahartikan sebagai paradigma coaching, antara lain:

  1. Paradigma berpikir menginstruksikan: Meski coaching dan instruksi sama-sama berpusat pada individu, namun paradigma berpikir menginstruksikan lebih berfokus pada pengarahan dan memberikan solusi kepada individu. Sedangkan, paradigma berpikir coaching lebih berpusat pada mendukung individu untuk mencapai solusinya sendiri.
  2. Paradigma berpikir menyuruh: Coaching tidak melibatkan memerintah atau memberikan tugas pada individu. Sebaliknya, pendekatan ini memberdayakan individu untuk bertanggung jawab penuh terhadap proses belajar mereka.

Dalam mengembangkan kompetensi guru, supervisi akademik yang bercorak coaching menjadi sebuah pendekatan yang memberdayakan. Ini bukan hanya memfasilitasi pertumbuhan profesional, melainkan juga membantu mendirikan pendidikan yang berpihak pada murid dan mendorong mereka untuk berkontribusi aktif dalam proses belajar mereka.

Jadi, jawabannya apa? Para pengevaluasi dan supervisor perlu memahami benar apa yang dimaksud dengan paradigma berpikir coaching dan apa saja yang bukan merupakan bagian darinya, agar dapat mengoptimalisasi proses pembelajaran dengan pendekatan yang lebih efektif dan berdampak positif pada murid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *